Senin, 14 Mei 2018

Teroris Dita Oepriarto adalah Kakak kelas saya di SMA 5 Surabaya

Dita Oepriarto adalah Kakak kelas saya di SMA 5 Surabaya Lulusan ‘91



Dia bersama-sama istri dan 4 orang anaknya berbagi tugas meledakkan diri di 3 gereja di surabaya. Keluarga yg nampak baik2 dan normal seperti keluarga muslim yg lain, seperti juga keluarga saya dan anda ini ternyata dibenaknya telah tertanam paham radikal ekstrim.

Dan akhirnya kekhawatiran saya sejak 25 tahun lalu benar2 terjadi saat ini.

Saat saya SMA dulu, saya suka belajar dari satu pengajian ke pengajian, mencoba menyelami pemikiran dan suasana batin dari satu kelompok aktivis islam ke kelompok aktivis islam yg lain. Beberapa menentramkan saya, seperti pengajian “Cinta dan Tauhid” Alhikam, beberapa menggerakkan rasa kepedulian sosial seperti pengajian Padhang Mbulan Cak Nun. Yg lain menambah wawasan saya tentang warna warni pola pemahaman Islam dan pergerakannya.

Diantaranya ada juga pengajian yg isinya menyemai benih2 ekstrimisme radikalisme. Acara rihlah (rekreasinya) saja ada simulasi game perang2an. Acara renungan malamnya diisi indoktrinasi islam garis keras.

Pernah di satu pengajian saat saya kuliah di UNAIR, saya harus ditutup matanya untuk menuju lokasi. Sesampai disana ternyata peserta pengajian di-brainwash tentang pentingnya menegakkan Negara Islam Indonesia. Dan unt menegakkan ini kita perlu dana besar. Dan untuk itu kalau perlu kita ambil uang (mencuri) dari orang tua kita unt disetor ke mereka.

Bahkan ketua Rohis saya di buku Agendanya menyebut profesi dirinya bukan pelajar SMA, tapi Mujahid. Karena memang saat itu majalah Sabili sangat laris di sekolah kami. Isinya banyak menampilkan secara Vulgar pembantaian etnis muslim Bosnia oleh Serbia. Dan ini dijadikan pembakar semangat anak2 muda jaman saya waktu itu untuk menjadi “mujahid2 pembela islam”, beberapa akhirnya berangkat beneran ke medan perang.

Dari pengalaman menjelajah berbagai versi pemikiran dan aktivis islam dari yg paling radikal sampai liberal itu, dari sunni, sufi, wahabi, syiah, NII, dll itu, saya menyadari walaupun Islam ini mestinya satu, tapi ada banyak versi cara orang memahaminya, sehingga melahirkan banyak versi ekspresi keislaman dan pola tindakan.

Dan dari semua versi tadi, yg paling saya khawatirkan adalah versi kakak kelas saya mendiang Dita Supriyanto yg jadi ketua Anshorut Daulah cabang Surabaya ini. Saya sedih sekali akhirnya ini benar2 terjadi, tapi saya sebenarnya tidak terlalu kaget ketika akhirnya dia meledakkan diri bersama keluarganya sebagai puncak “jihad” dia, karena benih2 ekstrimisme itu telah ditanam sejak 30 tahun lalu.

Dia mengingatkan saya pada kakak kelas lain, ketua rohis SMA 5 Surabaya waktu itu, yg menolak ikut upacara bendera karena menganggap hormat bendera adalah syirik, ikut bernyanyi lagu kebangsaan adalah bid’ah dan pemerintah Indonesia ini adalah thoghut.

Waktu itu sepertinya pihak sekolah tidak menganggap terlalu serius. Karena memang belum ada bom2 teroris seperti sekarang. semua sekedar “gerakan pemikiran”. Memang dia dipanggil guru Bimbingan Konseling (BK) unt diajak diskusi, tapi kalau sebuah ideologi sudah tertancap kuat, seribu nasehat ndak akan masuk ke hati. Dan Akhirnya pihak sekolah menyerah, toh dia tidak bertindak anarkis, bahkan terkenal cerdas, lemah lembut dan baik hati.

Akhirnya Ketua rohis saya ini tiap upacara bendera i’tikaf di mushola sekolah. Btw kadang saya kalau lagi males upacara, ikut menemani dia di mushola dan ikut mendegarkan siraman rohaninya. Dan yg seperti ketua rohis saya ini tidak hanya di SMA 5, tapi yg saya tahu ada di hampir semua SMA dan kampus di surabaya atau bahkan di seluruh Indonesia.

Yg ingin saya katakan, Terorisme dan budaya kekerasan yg kita alami saat ini adalah panen raya dari benih2 ekstrimisme-radikalisme yg telah ditanam sejak 30-an tahun yg lalu di sekolah2 dan kampus2. Saya tidak tahu kondisi sekolah dan kampus saat ini, tapi itulah yg saya rasakan jaman saya SMA dan kuliah dulu.

Mohon jangan salah paham, main stream-nya pergerakan islam di sekolah dan kampus ini tidak se-ekstrim kakak kelas saya tersebut. Tapi ada cukup banyak yg sifatnya sembunyi2 dimana saya waktu itu ikut merasakan ngaji bersama mereka.

Serangkaian bom di tanah kelahiran saya dng tempat2 yg sangat akrab di telinga dengan segala kenangan masa kecil, plus pelaku utama yg terasa begitu dekat dengan memori masa2 SMA-Kuliah dulu ini membuat saya tersentak bahwa Ekstrimisme, Radikalisme, bahkan Terorisme ini sudah menjadi “Clear and Present Danger”. Ini tidak lagi sebuah film di bioskop atau berita koran yg terjadi nun jauh di negeri seberang. Ini sudah terjadi disini dan saat ini disekitar kita.

Maka kita harus menetralisir kegilaan ini sampai ke akar2nya. Tidak ada gunanya kita melakukan penyangkalan (denial) bahwa ini cuman rekayasa, pelakunya ndak paham islam, ini bukan bagian dari ajaran islam, ini pasti cuman adu domba, dll.

Nyatanya pelakunya masih sholat subuh berjamaah di mushola, lalu satu keluarga berpelukan sebelum mereka menyebar ke 3 gereja unt meledakkan diri.

Nyatanya memang ada saudara2 kita yg memahami islam versi garis keras yg hobinya mengutip mentah2 ayat2 perang dan melupakan substansi “cinta dan kasih sayang” sebagai inti ajaran Islam.

Nyatanya memang benih2 radikalisme, ekstrimisme ini telah ditabur 30 tahun terakhir di pikiran anak2 muda kita, di sekolah2 terbaik dan dikampus2 top di Indonesia. Dan kalau akhirnya mewujud menjadi tindakan nyata terorisme, mestinya tidak mengagetkan kita.

Kalau kita masih saja melakukan penyangkalan, maka kita ndak akan pernah berbenah diri. Tapi kalau kita insyaf bersama, Kalau kita dengan gentle mengakui - bahwa IYA memang kita sedang sakit, bahwa memang ada banyak diantara kita, dan saudara2 kita yg memahami islam versi garis keras, yg merasa bahwa islam harus diperjuangkan dengan kekerasan - maka kita bisa mulai mengambil langkah2 solutif.

Dan langkah2 solutif nyata yg bisa kita lakukan diantaranya adalah:

1. Mulai menetralisir alias melunakkan paham islam garis keras dan mulai menyebar luaskan paham islam moderat (washothiyah).

2. SMA2 dan Kampus2 harus disterilkan dari gerakn2 bawah tanah islam garis keras, diganti dengan kemeriahan dan kegembiraan aktivitas islam yg menebarkan “cinta dan welas asih” pada sesama manusia.

3. Sosial media harus dipenuhi kampanye “islam yg ramah dan penuh kasih sayang”. Bukan islam yg keras, penuh umpatan, dan kata2 kasar, apalagi hoax dan berdarah2.

4. Pertarungan politik mohon jangan lagi menggunakan isu SARA sebagai komoditas rebutan kekuasaan. Apalagi disertai kampanye hitam saling menghujat yg membuat bahkan setelah selesai Pilkada/Pilpres-nya masyarakat jadi terbelah saling bermusuhan.

5. Mawas diri dan sama2 menahan diri dalam menyikapi perbedaan2 dalam penafsiran Islam. Islamnya satu dan sumbernya sama, tapi nyatanya cara kita memahaminya bisa macem2. Dan ini fenomena psikologi yg wajar. Ayo tebarkan sikap saling memahami dan berempati, bukannnya saling curiga dan menyalahkan. Islam harus dipulihkan reputasinya dari wajah muram penuh kekerasan menjadi wajah ramah penuh Cinta pada sesama manusia.

Benar kata Muhammad Abduh, cendekiawan muslim abad 20, “Al-islamu Mahjubun bil muslimin”, Keindahan Islam ini terhijab/tertutupi oleh akhlak buruk sebagian umat islam sendiri”. Jadi mari kita yg akan bersama2 memulihkan wajah Indah Islam.

Terakhir, mari kita dengar seruan seorang remaja islam peraih Nobel Perdamaian, Malala Yousafzai:

“Peluru hanya bisa menewaskan teroris, tapi hanya PENDIDIKAN-lah yg bisa melenyapkan paham terorisme (sampai akar2nya: radikalisme, ekstrimisme)”

Love & Peace for all of us..

And for my beloved Christian brothers & sisters.. my deep condolence for all of you.. from the bottom of my heart, I am really sorry..

STAY SAVE.. SPREAD COMPASSION..

Saya yg sedang berduka,

Ahmad Faiz Zainuddin
Alumni SMA 5 Surabaya Lulusan 1995

Rabu, 02 Mei 2018

Inilah Perbedaan Model Kepemimpinan Era Nabi vs Era Demokrasi

Kekuasaan Yang Dipecah

Salah satu perbedaan mendasar model kepemimpinan negara di masa kita dengan di masa Nabi, para shahabat dan masa khilafah rasyidah dulu, adalah terpecahnya pusat kekuasaan.



Maka wajar kalau di masa itu, merah hitamnya nasib rakyat amat ditentukan oleh siapa yang jadi khalifah. Kalau sosok khalifahnya bagus, macam Umar bin Khattab atau Umar bin Abdul Aziz, maka otomatis jadi bagus lah rakyatnya.

Tapi di masa sekarang, keadaan sudah jauh terbalik. Pusat kekuasaan itu dimana-mana sudahdipecah-pecah, tidak lagi bertumpu pada satu orang. Kekuasaan hari ini disharing, dibagi-bagi secara bersama.

Para raja di Eropa dan benua lain sudah bukan penguasa lagi, kekuasaanya beralih kepada banyak pihak. Raja cuma jadi cerita masa lalu, tapi tidak lagi penguasa yang sesungguhnya.

Demikian juga perdana menteri atau presiden, mereka juga bukan orang kuat yang punya kekuasaan tidak terbatas. Kekuasaan mereka banyak dibatasi dengan banyak hal, antara lain misalnya :

1. Masa jabatannya dibatasi hanya sekian tahun, bahkan hanya dua periode. Kekuasaannya terbatas waktu dan periode.

2. Untuk berkuasa, butuh dukungan suara lewat pemilihan. Dan setelah berkuasa, harus berbagi kekuasaan (baca:rejeki) dengan pendukungnya.

3. Tidak kuasa untuk bikin kebijakan seenaknya, karena ada undang-undang dan seabreg peraturan lainnya. Melanggar UU masuk penjara.

4. Bisa diturunkan kapan saja secara legal jalur hukum yang sah lewat berbagai macam cara, seperti impeachment dst. Di masa lalu cuma bisa hanya lewat pembunuhan atau penaklukan.

5. Tidak bisa pakai anggaran seenaknya, harus ada persetujuan pihak lain seperti DPR/D. Melanggar masalah ini bisa ditangkap tangan masuk bui.

6. Tidak bisa mengubah sistem yang sudah berlalu, yang terjadi justru ikut dengan sistem terbawa arus.

Masih banyak lagi bentuk-bentuk kekuasaan yang dipreteli dari seorang penguasa, yang membuatnya sangat lemah, terkunci dan menyerah dengan keadaan.

Kalau kita masih saja berpikir bahwa pemimpin di masa sekarang ini bisa melakukan banyak hal, bisa begini dan bisa begitu, sebaiknya kita bangun dari tidur dan mulai keluar dari alam mimpi. Balik lagi kita sadari bahwa kita berada di abad 15 hijriyah.

Keadaan sudah amat jauh berbeda. Penguasa hari ini sudah bukan lagi orang yang punya kekuasaan sebagaimana zaman dulu. Hari ini penguasa adalah orang yang paling lemah, bahkan sekedar untuk menentukan agenda acara hari ini pun dia tidak kuasa.

Mau kawin lagi pun tidak berani karena takut istri. Kayak gitu kok dibilang penguasa. Sama istri saja takluk. Hehe

LIPIA Bakal Berubah Jadi IIPIA?

Posisi LIPIA yang telah berdiri sejak tahun 1980 di Jakarta memang agak dilematis. Di satu sisi, LIPIA pada dasarnya adalah sebuah kampus negeri milik Kerajaan Saudi Arabia, yaitu Jamiah Al-Imam Muhammad Ibn Suud Al-Islamiyah atau Universitas Islam Muhammad Ibnu Suud, yang berpusat di ibukota Riyadh.



Sedangkan yang di Jakarta adalah cabang (sering disebut far') Indonesia. Selain di Jakarta, juga ada cabang di Jepang, Amerika dan lainnya. Namun yang terbesar memang yang ada di Jakarta, dengan nama lokal LIPIA.

Sebenarnya ketika awal berdiri dulu, namanya bukan LIPIA, tapi LPBA yaitu Lembaga Pengajaran Bahasa Arab. Beralamat awal jalan Raden Saleh, kemudian pindah ke Jalan Salemba. Lalu mulai membuka program kuliah S-1 dengan satu-satunya fakultas yaitu Fakultas Syariah 8 semester, jurusan Perbandingan Mazhab. Dan namanya kemudian berubah jadi LIPIA, yaitu Lembaga Ilmu Pengetahuan Islam dan Arab.

Namun keberadaan sebuah kampus negeri milik negara asing di Indonesia, sedikit banyak memang tetap jadi kendala, kalau mau diakui secara formal dan sah. Tidak bisa dianggap sebagai kampus swasta karena memang bukan kampus swasta. Sehingga merujuknya bukan ke kopertis atau pun kopertais. Merujuknya harus ke kampus negeri juga seperti UIN Jakarta.

Secara badan hukum, statusnya pun tidak bisa disebut universitas, karena fakultasnya yang cuma satu. Mungkin statusnya hanya Sekolah Tinggi saja. Namun juga terbuka kesempatan untuk menaikkan status menjadi Institut, asalkan mampu memenuhi persyaratan.

Sudah hampir 40 tahun berjalan, namun statusnya masih belum jelas dalam ranah hukum resmi di Indonesia. Maka di tahun 2018, ketika semua perizinan mulai diperketat, mulailah perijinan ini diurus secara lebih serius.

Pilihannya adalah berubah menjadi Institut, bukan Sekolah Tinggi ataupun Universitas. Maka perubahan status ini berdampak pada perubahan nama. YAng awalnya menggunakan istilah LEMBAGA, berubah menjadi INSTITUT. Ke depan nama resminya juga akan beruah menjadi Institut Ilmu Pengetahuan Islam dan Arab, disingkat menjadi IIPIA.

Perubahan ini berdasar atas pengajuan dari Direktur IIPIA dengan mengacu pada Nota Kesepahaman kerjasama Bidang Ilmiah dan Kebudayaan antara pemerintah Arab Saudi dengan pemerintah Republik Indonesia tahun 1981 dan Surat dari Kementerian Agama Tahun 2002.

Sekretaris Direktorat Jenderal Pendidikan Islam, Moh. Isom Yusqi, dalam keterangannya, Kamis (12/04) menyebutkan bahwa IIPIA kalau mau diakui harus senantiasa tunduk pada sistem pendidikan yang ada di Indonesia.

"Kurikulum yang diajarkan oleh IIPIA harus mengakomodir 8 Standar Nasional Pendidikan. Dan yang harus diperhatikan, walaupun didirikan oleh Kerajaan Arab Saudi, IIPIA harus mengajarkan kewarganegaraan yang bertujuan menumbuhkan wawasan dan kesadaran bernegara, sikap dan perilaku yang cinta tanah air dan bersendikan kebudayaan bangsa Indonesia," kata Guru Besar pada salah satu perguruan tinggi keagamaan Islam di Indonesia Timur ini.

Institut Ilmu Pengetahuan Islam dan Arab ini, menyelenggarakan 2 (dua) Program Diploma II (DII) yaitu; Ekonomi Syari`ah dan Bahasa Arab. Sedangkan untuk Program Sarjana (S1) yaitu Ilmu Syari`ah. "Menurut Permen Ristekdikti, Nomor 100 Tahun 2016 Tentang Pendirian, Perubahan, Pembubaran Perguruan Tinggi Negeri, dan Pendirian, Perubahan, Pencabutan Izin Perguruan Tinggi Swasta, Pendirian Institut terdiri atas paling sedikit 6 (enam) Program Studi pada program sarjana. Untuk IIPIA ini ada perlakuan khusus," kata Profesor Isom.

Konsekuensi terhadap perubahan bentuk ini, menurut Sesditjen Pendis, kampus harus melaporkan ke Sistem Pangkalan Data Pendidikan Tinggi (PD-DIKTI) selambat-lambatnya 6 (enam) bulan sejak keputusan pemberian ijin dari Direktorat Jenderal Pendidikan Islam Kementerian Agama ditetapkan.

"Institut Ilmu Pengetahuan Islam dan Arab juga wajib melakasanakan Sistem Penjaminan Mutu Internal (SPMI) dan melaporkan hasil penyelenggaraan program studi paling lambat satu bulan setelah akhir setiap setiap semester kepada Menteri Agama melalui Dirjen Pendidikan Islam dan PD-DIKTI," kata Isom Yusqi.

Ahmad Sarwat (dari berbagai sumber)

Ketika Ustadz Bingung Mau Nulis Apa

Kok Bingung Mau Nulis Apa?

Beberapa ustadz sering mengeluh kepada saya, bingung mau nulis apa. Saya balik bertanya,"Lho, memangnya antum tidak pernah membaca kitab?".



Jawabannya macam-macam. Ada yang dengan jujur dan polos mengaku, bukannya nggak baca kitab, tapi memang buta huruf Arab, alias tidak bisa bahasa Arab. Apa yang mau dibaca, masak baca terjemahan yang pada ghalat itu?

Ooo, maklum lah. Ustadz belum bisa bahasa Arab

Tapi banyak teman yang jadi ustadz dan lulusan Timur Tengah, lama juga mondok di Arab. Nah yang begini biasanya punya alasan klasik dan rada seragam.

"Afwan, ustadz. Terus terang jadwal ana sudah padat sekali. Tidak sempat lagi buka kitab. Rasanya ingin pumya waktu baca kitab rutin kayak dulu, tiap shubuh atau tiap malam. Tapi mana lagi ada waktu sekarang?".

Ooo, maklum lah. Ustadz sudah sibuk.

Ada lagi jenis ustadz lain. Beliau tiap hari baca kitab. Banyak rujukannya. Tapi bukunya tidak pernah terbit. Rupanya sibuknya bukan menulis buku tapi konsen bikin power-point, buat persiapan ceramah.

Hehe macam motivator saja mengandalkan power-point. Yah, namanya juga power point, ya kekuatannya pada point-pointnya.

Saya bilang, itu file-file powerpointnya diterbitkan saja sebagai ganti dari nerbitkan buku. Tapi tidak pede. Masak buku kok isinya power-point.

So, menulis itu memang tidak semudah menyebutnya. Apalagi rutin. Yang pasti dibutuhkan :

1. Kemampuan yang cukup dalam membaca kitab para ulama.

2. Punya waktu untuk rutin membaca kitab-kitab itu.

3. Punya skill menulis yang lancar dan ajeg, niar tidak gagap dalam menulis atau mogok di jalan.

4. Yang pasti butuh nawaitu super khusus yang adanya dalamm hati tapi muqtarinan bil fi'li. Lafadznya seperti berikut ini :

نويت تأليف هذا الكتاب كل يوم ثلاث ساعات فرضا لله تعالى
الله أكبر

Afwan, tidak ada haditsnya, jangankan yang dhaif, yang palsu pun tidak ada juga.

Oleh : Ahmad Sarwat

Membongkar Kesesatan Ahmad Ibn Taimiyyah?

Sekilas Tentang Ibnu Taimiyah (661-728 H)



Ahmad ibn Taimiyah lahir di Harran, Syiria, di tengah keluarga berilmu yang bermadzhab Hanbali. Ayahnya adalah seorang yang berperawakan tenang. Beliau dihormati oleh para ulama Syam dan para pejabat pemerintah sehingga mereka mempercayakan beberapa jabatan ilmiah kepadanya untuk membantunya. Setelah ayahnya wafat, Ibnu Taimiyah menggantikan posisinya. Orang-orang yang selama ini mempercayai ayahnya, menghadiri majelisnya guna mendorong dan memotivasinya dalam meneruskan tugas-tugas ayahnya dan memujinya. Namun pujian tersebut ternyata justru membuat Ibnu Taimiyah terlena dan tidak menyadari motif sebenarnya di balik pujian tersebut. Ibnu Taimiyah mulai menyebarkan satu demi satu bid’ah-bid’ahnya hingga para ulama dan pejabat yang dulu memujinya tersebut mulai menjauhinya satu persatu.

Ibnu Taimiyah meskipun tersohor dan memiliki banyak karangan dan pengikut, namun sesungguhnya ia adalah seperti yang dinyatakan oleh al Hafizh al Faqih Waliyyuddin al ‘Iraqi (W. 862 H): “Ibnu Taimiyah telah menyalahi Ijma’ dalam banyak permasalahan, kira-kira sekitar 60 masalah, sebagian dalam masalah Ushul ad-Din (pokok-pokok agama) dan sebagian berkenaan dengan masalah-masalah furu’ ad-Din (cabang-cabang agama), Ibnu Taimiyah dalam masalah-masalah tersebut mengeluarkan pendapat lain; yang berbeda setelah terjadi ijma’ tentangnya.”

Berbagai kalangan orang awam dan yang lainpun mulai terpengaruh dan mengikuti Ibnu Taimiyah sehingga ulama-ulama di masa Ibnu Taimiyah mulai angkat bicara dan membantah pendapat-pendapatnya serta memasukkannya dalam kelompok para para ahli bid’ah. Di antara yang membantah Ibnu Taimiyah adalah al Imam al Hafizh Taqiyyuddin Ali bin Abd al Kafi as-Subki (W. 756 H) dalam karyanya ad-Durrah al Mudliyyah fi ar-Radd 'ala Ibn Taimiyah, beliau mengatakan:

“Amma ba’du. Ibnu Taimiyah benar-benar telah membuat bid’ah-bid’ah dalam dasar-dasar keyakinan (Ushul al 'Aqa-id), ia telah meruntuhkan tonggak-tonggak dan sendi-sendi Islam setelah ia sebelum ini bersembunyi di balik kedok mengikuti al Qur’an dan as-Sunnah. Pada zhahirnya ia mengajak kepada kebenaran dan menunjukkan kepada jalan surga, ternyata kemudian ia bukan melakukan ittiba’
(mengikuti sunnah, ulama Salaf dan konsensus ulama) tetapi justru membuat bid’ah-bid’ah baru, ia menyempal dari ummat muslim dengan menyalahi Ijma’ mereka dan ia juga mengatakan tentang Allah perkataan yang mengandung tajsim (meyakini Allah adalah jisim; benda yang memiliki ukuran dan dimensi) dan ketersusunan (tarkib) bagi Dzat Allah.”

Di antara perkataan Ibnu Taimiyah dalam ushul ad-din yang menyalahi ijma’ kaum muslimin adalah perkataannya bahwa jenis alam ini qadim (tidak bermula),
(sebagaimana ia katakan dalam tujuh karyanya: Muwafaqah Sharih al Ma’qul li Shahih al Manqul, Minhaj as-Sunnah an-Nabawiyyah, Syarh Hadits an-Nuzul, Syarh Hadits ‘Imran ibn al Hushain, Naqd Maratib al Ijma’, Majmu’ah Tafsir Min Sitt Suwar, Al Fatawa) dan Allah pada Azal (keberadaan tanpa permulaan) selalu diiringi dengan makhluk. Ibnu Taimiyah juga mengatakan bahwa Allah adalah jism (bentuk), mempunyai arah dan berpindah-pindah. Ini semua adalah hal yang ditolak dalam agama Allah ini.

Dalam sebagian karangannya, Ibnu Taimiyah menyatakan bahwa Allah Ta’ala persis sebesar ‘Arsy, tidak lebih besar atau lebih kecil, Maha suci Allah dari perkataan ini. Ibnu Taimiyah juga menyatakan bahwa para nabi itu tidak ma’shum , Nabi Muhammad tidak memilik jah (kehormatan), karena itu menurutnya jika ada orang bertawassul dengan Nabi maka ia salah besar (sebagaimana ia nyatakan dalam bukunya at-Tawassul Wa al Wasilah ).

Ia juga mengatakan bahwa berpergian untuk berziarah ke makam Rasulullah adalah perjalanan yang tergolong maksiat dan tidak boleh meng qashar shalat karenanya (sebagaimana ia kemukakan dalam kitab al Fatawa ). Dalam hal ini ia benar-benar sangat berlebihan padahal tidak ada seorangpun sebelumnya berpendapat semacam ini. Ibnu Taimiyah juga menyatakan bahwa siksa bagi penduduk neraka akan terhenti dan tidak akan berlaku selama-lamanya (sebagaimana dituturkan oleh sebagian ahli fiqh dari sebagian karangan Ibnu Taimiyah dan dinukil oleh muridnya; Ibn al Qayyim al Jawziyyah dalam kitab Hadi al Arwah).

Ibnu Taimiyah sudah berkali-kali diperintah untuk bertaubat dari perkataan dan keyakinannya yang sesat ini, baik dalam masalah-masalah ushul maupun furu' , namun ia selalu mengingkari janji-janjinya sehingga akhirnya ia dipenjara dengan kesepakatan para qadli (hakim) dari empat madzhab; Syafi’i, Maliki, Hanafi dan Hanbali. Al Imam al Hafizh al Faqih al Mujtahid Taqiyyuddin as-Subki dalam salah satu risalahnya mengatakan: “Ibnu Taimiyah dipenjara atas kesepakatan para ulama dan para penguasa.” Terakhir mereka menyatakan Ibnu Taimiyah adalah sesat, harus diwaspadai dan dijauhi, seperti dijelaskan oleh Ibnu Syakir al Kutubi (murid Ibnu Taimiyah sendiri) dalam kitabnya ‘Uyun at-Tawarikh. Pada saat yang sama, raja Muhammad ibn Qalawun mengeluarkan keputusan resmi pemerintah untuk dibaca di semua Masjid di Syam dan Mesir agar masyarakat mewaspadai dan menjauhi Ibnu Taimiyah dan para pengikutnya. Ibnu Taimiyah akhirnya dipenjara di benteng al Qal’ah di Damaskus hingga mati di tahun 728 H.

Jumat, 27 April 2018

Mengapa Habib Rizieq Difitnah Dengan Chat Seks Firza?

Pasca kekalahan pasangan petahana pada putaran kedua Pilgub DKI, banyak pihak terhenyak, tetap tak bisa percaya.

Bagaimana mungkin petahana yang didukung habis-habisan, diusung 2 parpol peraih suara terbanyak dan runner up di Senayan, didukung dana tak terbatas, di back up keberpihakan penguasa dan aparatnya, bisa kalah telak sampai hampir 16%?! Sebuah kekalahan yang nyaris tak bisa diprediksi lembaga survei manapun.


Berangkat dari keterhenyakan itu, mulailah dicari siapa “biang kerok” yang dianggap paling berperan meng-goal-kan kemenangan bagi paslon Gubernur Muslim.
Alhasil, Habib Rizieq Shihab lah orang yang dianggap punya andil terbesar atas kekalahan ahok. Logikanya sederhana: kekalahan Ahok dianggap tak lepas dari maraknya Aksi Bela Islam yang tujuannya menuntut tindakan hukum atas Ahok yang telah menistakan Al Qur’an terkait pidatonya di Pulau Pramuka yang meminta agar masyarakat jangan mau dibohongi pakai surat Al Maidah ayat 51.
Dan Habib Rizieq lah tokoh sentral yang dianggap menggerakkan serangkaian Aksi Bela Islam, terutama yang paling fenomenal Aksi Damai 411 dan Aksi Super Damai 212.

Padahal, menuding Habib Rizieq sebagai biang keladi kekalahan ahok sebenarnya sama dengan MENGAKUI KEHEBATAN Habib Rizieq Shihab.


Mana mungkin seorang HRS bisa mempengaruhi jutaan warga DKI yang berhak pilih, untuk tidak memilih ahok di bilik suara?! Sedangkan money politics dalam berbagai bentuknya, pembagian sembako “ugal-ugalan” sampai menerobos masa tenang, semua operasi itu telah dijalankan. Seharusnya, hitung-hitungan di atas kertas, petahana pasti menang dong! Lalu bagaimana caranya HRS jadi penyebab kekalahan paslon petahana?! Sedangkan dia tak melakukan gerakan kontra kampanye?

Yang dilakukan Habib Rizieq Shihab, bagi penguasa saat ini, justru jauh lebih dari itu, bukan sekedar berperan mengalahkan Ahok, tapi bisa lebih berbahaya lagi jika dibiarkan. Sebab yang dilakukan HRS adalah MEMBUKA PINTU KESADARAN UMMAT ISLAM, MENGUSIK GHIRAH KAUM MUSLIMIN.

Mereka yang semula beragama hanya sekedar sebatas kesalehan ritual (banyak sedekah, sumbang masjid sana sini, bantu panti asuhan dimana-mana, umroh berkali-kali) namun kering dari ‘sense of belonging’ terhadap ISLAM itu sendiri, dengan adanya Aksi Bela Islam, mereka seakan disentakkan kesadarannya bahwa beragama itu bukan sekedar melakukan ibadah ritual semata.

Tapi bagaimana membumikan perintah dan larangan Allah, merasa memiliki terhadap apa yang Allah turunkan, sehingga timbul rasa tidak rela jika agamanya dinistakan, Al Quran nya dianggap alat kebohongan.

Orang yang tadinya tidak peduli pada perintah surat Al Maidah ayat 51, justru dengan dikatakan “jangan mau dibohongi pakai…” terusik untuk mengkaji lebih dalam surat Al Maidah ayat 51 dan ayat-ayat selanjutnya.

Disinilah peran Habib Rizieq dan beberapa ulama yang tergabung dalam GNPF MUI. Kesadaran itu tidak hanya berhenti sampai sebatas memilih siapa di Pilgub DKI. Sebab Aksi 212 kemudian bergulir ke segala arah, termasuk ke ranah ekonomi.


Munculnya kesadaran ummat Islam untuk bergotongroyong, dengan semangat ukhuwah Islamiyah, membangun bisnis berbasis syariah, bisnis dari ummat, oleh ummat, untuk ummat. Sekarang mungkin masih kecil skalanya. Tapi bukan tidak mungkin jika kelak akan terus menbesar dan mengancam hegemoni dagang para taipan.

Ghirah ummat Islam untuk memilih pemimpin yang berpihak pada Islam dan tidak meminggirkan Islam, akan terus bergulir, tidak berhenti hanya pada Pilgub DKI.

Justru kemenangan paslon Gubernur Muslim yang semula tak diperhitungkan, kini mendongkrak rasa percaya diri ummat Islam, bahwa jika mereka bersatu, maka mereka akan bisa mengalahkan kekuatan besar yang ditopang kekuasaan sekalipun.


Semangat seperti inilah yang akan terbawa dan menular ke berbagai daerah dalam menghadapi Pilkada serentak 2018.

Lebih “celaka” lagi jika semangat ini berlanjut sampai 2019, saat moment Pemilu Legislatif dan Pilpres akan digelar bersamaan.

Apalagi pasca Aksi Bela Islam muncul semangat dan KEPEDULIAN ummat untuk mengawal proses pemungutan suara. Mereka yang dulu hanya pasif menanti hasil perhitungan suara dari KPUD/KPU atau mantengin quick count dari lembaga survei yang bekerjasama dengan media tivi, kini sadar bahwa “KEJUJURAN hasil pemungutan suara dimulai dari TPS”.

Maka bergeraklah ummat Islam, kaum ibu, anak muda, jawara, untuk mengawal TPS, menjaga agar prosesnya steril dari aksi intimidasi ala Iwan Bopeng, tidak bisa disusupi pemilih siluman yang datang gerudukan menjelang TPS tutup hanya berbekal KTP padahal tak dikenali sebagai penduduk setempat, dan yang terpenting hasilnya tak bisa direkayasa secara sistem hitungan di KPU/KPUD.

Bayangkan jika hal ini terjadi di semua Pilkada serentak 2018 dan Pemilu/Pilpres 2019! Maka, memenangkan pilkada dan pemilu bukanlah hal mudah lagi. Tak cukup hanya punya modal uang tak berseri atau intervensi kekuasaan.

Itu sebabnya Habib Rizieq Shihab HARUS DIHABISI. Dihabisi bukan berarti harus dibunuh. Tidak perlu membunuh beliau secara fisik. Tapi bunuhlah karakternya.

Buat citra HRS sedemikian buruk, kotor dan hina sehingga ummat tak mau lagi mendengar nasihatnya, ogah ikut komandonya bahkan ummat menyingkir, meninggalkan HRS.
Apa yang harus dilakukan?

Memenjarakan HRS dengan kasus kriminal biasa, sulit. HRS tidak korupsi karena dia bukan aparatur negara yang punya peluang untuk korupsi.


Maka dibidiklah HRS dengan beragam kasus. Penghinaan terhadap lambang negara, ternyata tak cukup ampuh. Sebab yang dimaksud penghinaan lambang negara adalah menghina burung Garuda Pancasila.

Sedangkan thesis HRS hanya mengupas sejarah “lahirnya” Pancasila sehingga menjadi 5 sila yang urutannya persis seperti apa yang kita kenal sekarang. Mentahlah tuduhan itu, terlalu sumir jika dipaksakan, Kejaksaan saja mengembalikan berkasnya.

Lalu kenapa akhirnya yang diangkat kasus chat sex? Karena untuk membunuh karakter
seorang ulama agar kehilangan kepercayaan ummatnya adalah jika dia terlibat skandal sex!
Maka dibuatlah issu chat sex antara HRS dengan seorang wanita, FH
Meski terlalu banyak kejanggalan dalam kasus chat sex, tapi gaungnya cukup luas. Itulah yang diharapkan, semua orang jadi sibuk membincangkan “bener enggak sih Habib Rizieq melakukan chat sex dengan FH?”.


Tak peduli logis atau tidak (karena HP milik FH sudah berada di tangan kepolisian sejak hampir 2 bulan sebelum chat sex itu diunggah ke internet), yang penting efeknya meluas.
Ini sangat ironis sebenarnya. Sebab sejak awal yang digoreng adalah isu radikalisme.

Setiap Aksi Bela Islam selalu dikaitkan dengan isu bakal adanya kerusuhan massa, bergeser menjadi gerakan makar, melawan dan menumbangkan pemerintahan yang sah.

Namun sayang issu RADIKALISME yang digoreng itu GAGAL TOTAL! bahkan puncak dari Aksi Bela Islam, dimana 7 jutaan ummat Islam dari berbagai penjuru negeri berkumpul sejak dini hari di pusat Jakarta, di sekitar pusat-pusat kekuasaan, namun tak satupun ada kerusakan.

Jangankan merusak, sampah yang dihasilkan pun secara swadaya dibersihkan dan dikumpulkan dalam kantong-kantong plastik besar, sehingga petugas kebersihan tinggal mengambil saja. Jangankan bergerak rusuh ke pusat-pusat kekuasaan, berebut makanan dan minuman saja tidak ada.
Sulit, sulit sekali menggiring opini bahwa ini gerakan ISLAM RADIKAL. Apalagi Presiden Jokowi, Wapres Jusuf Kalla, Menag, Menko Polhukam, juga ikut hadir di acara itu. Kapolri dan Panglima TNI pun ikut jadi saksi jalannya Aksi Super Damai.

Apalagi belakangan Jokowi pun tanpa disadari ikut “MEMPROMOSIKAN” ke masyarakat internasional bahwa aksi 212 adalah aksi damai, nothing to worry about untuk berinvestasi di Indonesia. Disini ummat Islam berkumpul sampai 7 juta orang, meski niatnya berdemo, tapi tetap bisa menjaga situasi tetap aman dan damai.

Nah lho, ambigu bukan jika tetap memaksakan tuduhan PENYULUT RADIKALISME pada Habib Rizieq Shihab?

Gagal di isu radikalisme, maka harapannya kini bertumpu pada kasus chat sex. Meski sudah banyak pakar dan pengamat dari berbagai disiplin ilmu menelanjangi kejanggalan issu ini, polisi tak menyerah.

Setelah “digugat” kenapa tidak menangkap pihak yang mengunggah dan menyebarkan pertama kali, kini polisi menuduh hacker asal Amerika lah yang pertama kali meretas chat sex itu. Anonymous Amerika pelakunya.

Ini makin konyol sebenarnya. Sebab di Amerika yang namanya free sex sudah “santapan” sehari-hari.

Jangankan cuma chat sex yang sudah marak sejak belasan tahun lalu ketika orang masih gandrung pakai Yahoo Messenger, aksi tukar menukar video sex disana sudah bukan issu baru.

Dan sebagai masyarakat yang berpaham liberal, di sana orang mau melakukan free sex sepanjang tidak menganggu orang lain, ya tidak masalah, itu urusan pribadi pelakunya.

Jadi bagaimana Anonymous Amerika bisa sedemikian tertarik meretas urusan chat sex pribadi? Apalagi kemudian diunggah ke internet lewat website bernama “Balada Cinta Rizieq”, ini nama web nya “Indonesia bingitz”.

Tapi sudahlah. Tak penting masuk akal atau tidak, konyol atau logis, yang penting nama HRS dicemarkan. Harapannya, ummat Islam “pinggiran” yang relatif tidak terdidik, tidak well informed, akan menelan mentah-mentah tuduhan bahwa HRS melakukan chat sex.

Bukti bahwa aparat bernafsu membusukkan citra HRS, ketika kepolisian menyebar foto HRS ke berbagai daerah, seolah dia buronan yang bersembunyi di pelosok tanah air, di hutan belantara, menyamar di desa-desa terpencil.

Padahal, seluruh aparat kepolisian tahu HRS sedang berada di Arab Saudi. Tinggal layangkan saja surat resmi kepada Dirjen Imigrasi untuk mencabut paspor HRS, lalu tinggal kirim surat ke Pemerintah Saudi agar mendeportasi HRS karena dia sudah berstatus illegal tanpa paspor.

Anehnya, seperti kata Ronnie F. Sompie, Dirjen Imigrasi yang mantan Kapolda Bali, pihaknya belum akan mencabut paspor HRS karena sampai saat ini tidak ada permintaan dari Polri.
Nah, ini bukti bahwa sebenarnya kepolisian tak serius-serius amat ingin memaksa HRS kembali ke Indonesia. Padahal mudah, cukup cabut parpornya, cekal dia, agar ada alasan kuat untuk meminta pihak berwenang Saudi Arabia mendeportasi HRS.

Bukan dengan menyebar foto HRS ke berbagai pelosok daerah. Untuk apa?! Jelas masyarakat sudah kenal baik wajah dan penampilan HRS, lagi pula toh HRS tak ada di Indonesia.
Disini jelas sekali tujuannya memang hanya merusak nama HRS agar ummat berkurang kepercayaannya pada HRS.


Namun sayang, kepolisian dan penguasa tidak belajar banyak dari berbagai kejadian sebelumnya. Aksi 212 misalnya, makin dihadang, makin dihalangi, justru melahirkan Aksi Simpatik longmarch, jalan kaki para santri muda dari Ciamis ke Jakarta.
Aksi ini menimbulkan rasa simpati ummat Islam dan efeknya bak bola salju menstimulasi mereka yang tadinya tidak berencana ikut Aksi 212 jadi ikut.

Atau belajar dari yang lebih belakangan terjadi: tebar sembako dan baju kotak-kotak habis-habisan di penghujung masa kampanye hingga masuk masa tenang, dengan harapan pemilih akan mengidentifikasikan dirinya dengan gambar paslon berbaju kotak-kotak ketika berada di TPS.

Tapi apa yang didapat? Pemilih kelas menegah atas, kaum terdidik, mereka yang semula masih tergolong undecided voters, justru muak melihat aksi money politics ugal-ugalan macam itu, akhirnya… Jadilah kemenangan Anies Sandi lebih fenomenal dan lebih besar selisih suaranya.
Jadi, aparat kepolisian, penguasa, jika ingin menghabisi Habib Rizieq Shihab, mbok ya tolong cari kasus yang benar-benar berkelas.

Jadi tidak malu-maluin kalau harus mengeluarkan red notice ke interpol, punya alasan kuat kalau mau mencabut paspornya, dan dampaknya ummat bisa benar-benar berpaling dari HRS.

Nah, masalahnya, dari belasan kasus yang dipakai untuk membidik HRS, adakah yang benar-benar kuat bisa menghabisi HRS?! Sementara 2018 dan 2019 makin dekat…
HasbunaLlaahu wa ni’mal wakiil, ni’mal maula wa ni’man nashiir…

Laa haula wa laa quwwata illaa billaah… HRS bukan nabi apalagi Rasul. Beliau hanyalah ulama yang memilih nahi munkar sebagai jalan dakwahnya ketika banyak ulama lain lebih memilih fokus pada amar ma’ruf semata.

HRS tentu tak luput dari kesalahan, tapi di tengah gersangnya figur panutan, ummat Islam Indonesia sudah menunjukkan kepercayaan mereka pada Habib Rizieq Shihab.
Siapapun yang mau mendelegitimasi HRS, dia haruslah figur yang lebih layak dipercaya.
Penulis: Iramawati Oemar

Kamis, 26 April 2018

Perlukah Kajian Masalah Khilafiyah?

Kajian masalah khilafiyah dalam fiqih perbandingan mazhab itu amat penting, mengingat kita punya banyak perbedaan pendapat. Selain juga demi untuk meredam perseteruan antar pendapat.



Salah satu daya tarik mengapa saya kuliah di LIPIA, karena jurusannya adalah perbandingan mazhab. Ditanggung kita jadi paham sekian banyak perbedaan pendapat para ulama, yang membuat kita jadi toleran dan tidak mudah menyalahkan.

Namun adakalanya fiqih ikhtilaf dan perbandingan mazhab ini kurang cocok untuk disampaikan pada jamaah tertentu. Kadang justru bikin mereka pada bingung.

Ada beberapa kemungkinan kenapa mereka jadi pada bingung, antara lain adalah :

1. TIPE SOK PINTAR

Karena mereka tipe jamaah yg terbiasa dicekoki dengan satu pendapat, yaitu pendapat gurunya. Tapi alibinya rada cheat, yaitu inilah yang paling sunnah. Yang lain salah semua.

Kelompok macam ini banyak bertumbuham di masa kini. Ilmu tidak seberapa, tapi merasa paling benar. Prinsip mereka, kebenaran itu hanya satu saja, tidak mungkin kebenaran ada banyak. Dan cuma kelompok kami saja yang pasti benar. Selain kami, tinggalkan karena dipastikan tidak bena dan tidak akan pernah jadi benar.

Itu doktrin dasarnya, dan semua pengikutnya dicekoki macam itu. Seolah inilah Islam turun langsung dari langit tujuh.

2. TIPE AWAM

Karena mereka baru belajar agama, benar-benar newbi 100%. Maka jadi bingung kalau terlalu detail uruaan perbedaan pendapat. Malah tambah puyeng karena yang prinsip saja belum tahu, kok sudah dijejali dengan hal-hal yang kurang penting.

Anak TPA atau jamaah tua-tua temasuk kelompok ini. Nggak perlu diajarkan ilmu perbandingan mazhab, cukup satu pendapat yang praktis.

Mereka tidak suka menyalahkan orang lain, toh untuk diri sendiri pun masih bingung.

3. TIPE POLOS MURNI

Mereka terdidik secara ilmu agama dengan baik. Mengaji fiqih kepada para ulama dengan setia menggunakan literatur asli dari mazhab Syafi'i.

Selama ini mereka tinggal di wilayah yang steril dari percampuran mazhab lainnya, sbgmn kondisi di beberapa daerah atau pedesaan, atau pesantren tradisional. Atau seperti di negeri Malaysia dan Brunai Darussalam, yang cenderung hanya bermazhab Syafi'i secara murni

Maka begitu tahu ada perbedaan mazhab, merka jadi pada bingung. Karena tidak sebagaimana yang mereka pelajari selama ini.

Walaupun sebenarnya perbedaan pendapat di dalam satu mazhab juga terjadi. Ada qaul qadim jadid, ada zhahir, azhar, ada nash, ada riwayat, ada ikhtiyar dsb.

Makian dan Hinaan Ketika Kalah Ilmu Dalam Beragumen

Ilmu Terbatas Bisanya Hanya Memaki

Salah satu ciri orang yang ilmunya terbatas dan tidak sanggup mengimbangi dengan dalil argumen yang berkelas, biasanya ketika kalah langsung membalas dengan cacian, makian dan hinaan. Keluarlah kata-kata yang kurang pantas, kadang malah daftar anggota kebun binatang pun jadi halal untuk disematkan kepada sesama saudara sendiri.



Kalau kita yang dibegitukan, punya dua pilihan. Pertama, balas menghina juga. Dan ini menunjukkan kesamaan kelas antara yang menghina duluan dengan yang membalas dengan menghina juga.

Kedua, tidak membalas dengan menghina, tapi memaklumi saja dan bersabar.

Memang pilihan kedua ini tidak mudah, tapi pilihan terbaik. Bahkan sekelas Nabi SAW pun punya koleksi yang banyak terkait dengan hinaan orang kepada Beliau. Pernah dikatain majnun alias gila. Pernah juga dituduh sebagai tukang sihir, dukun dan lainnya.

Rasulullah SAW dihina begitu tidak pernah marah. Hati Beliau jauh lebih putih untuk sekedar beraksi balas menghina. Bahkan sekelas malaikat pun menawarkan bantuan kalau mau bantu dihancurkan kaum itu. Tapi Beliau menggeleng.

Kalau sekelas kita kok dihina dan bersabar, memang tidak ada malaikat yang menawarkan pembalasan. Tapi Allah SWT yang kasih tawaran menarik, yaitu BARTER.

Maksudnya hinaan dan ejekan ini kita hadapi dengan tenang dan sabar sambil senyum saja, toh nanti akan dibarter dengan diserahkannya semua pahala amal baik si penghina kepada kita. Jadi skemanya, dia yang capek-capek ibadah ngumpulin pahala. Tapi nanti semua pahalanya itu harus diserahkan untuk kita. Jelas dia nanti akan menyesali tingkahnya di dunia.

Plus dia akan menanggung dosa-dosa kita di akhirat. Nah, yang ini alan membuatnya menangis tersedu sambil berguling-guling. Bagaimana tidak? Kita yang bikin dosa, tapi dia yang menanggung dosanya. Heheh, tidak mengerjakan kesalahan tapi harus menanggung siksaannya. Makin keras nanti tangisnya.

Jadi semakin banyak orang mencaci dan menghina kita, seharusnya semakin berkembang senyum kita.

Dalam hati kita cuma bilang,"Ya terus...terus... terus. Puas-puaskan menghina, mencaci dan menjelekkan".

Dan kita semakin senang dan bahagia kita. Selamat BARTER

Syeikh Al-Utsaimin : Berkadar Alkohol Rendah 1-3% Tidak Memabukkan

Syeikh Al-Utsaimin : Berkadar Alkohol Rendah 1-3% Tidak Memabukkan

Ini salah satu wujud perbedaan pendapat para ulama di Saudi dan di Indonesia. Di Saudi, secara resmi muftinya menghalalkan minuman yang berkadar Alkohol rendah. Apalagi yang kadarnya 0%.

Bagaimana dengan di Indonesia?



Bir Bintang, Green Sand dan sekelasnya banyak yang 0% Alkohol, tapi masih banyak yang bilang itu khamar. Sebagai orang Indonesia, saya pun terpengaruh dengan vonis haram ini, sehingga meski kadar Alkoholnya 0%, tetap saja saya tidak mau minum. Padahal secara logika sehat, kalau tidak memabukkan seharusnya bukan khamar.

Tapi ya gimana lagi, habisnya minuman macam ini terlanjur digolongkan ke minuman keras. Pokoknya haram, gitulah kira-kira cara berpikir orang kita. Jadi 'illat keharamannya memang tidak disepakati secara bulat nampaknya.

Berikut petikan dari Syeikh Utsaimin, mufti Kerajaan Saudi Arabia di masa lalu.

1. Setitik Alkohol Tidak Haram

ثم النسبة فلا تظن أن أي نسبة من الخمر تكون في شيء تجعله حراماً، النسبة إذا كانت تؤثر بحيث إذا شرب الإنسان من هذا المختلط بالخمر سكر، صار حراماً، أما إذا كانت نسبة ضئيلة تضاءلت، واضمحل أثرها ولم تؤثر فإنه يكون حلالاً

Kemudian masalah prosentase, jangan Anda kira begitu ada setitik Alkohol lantas menjadi haram. Kalau kadar Alkohol itu mempengaruhi, yaitu kalau orang minum campuran itu dia mabuk maka hukumnya haram. Tapi kalau kadarnya sangat kecil sedangkan pengaruhnya tidak ada, maka minuman itu halal.

2. Kadar 1-3 Persen Bukan Khamar

فمثلاً: نسبة (1%) أو (2%) أو (3%) لا تجعل الشيء حراماً

Misalnya kadar (Alkohol) satu persen, dua persen atau tiga persen, tidak membuat minuman jadi haram

وقد ظن بعض الناس أن قول الرسول صلى الله عليه وسلم: (ما أسكر كثيره، فقليله حرام) أن معناه: ما خلط بيسير فهو حرام ولو كان كثيراً، وهذا فهم خاطئ ...

Banyak orang salah paham sabda Nabi SAW (Apa yang banyaknya memabukkan maka sedikitnya pun haram). Mereka kira minuman tercampur setitik zat memabukkan maka otomatis jadi haram padahal jumlah aslinya banyak. Dan itu pemahaman yang keliru...

وأما ما اختلط بمسكر والنسبة فيه قليلة لا تؤثر فهذا حلال ولا يدخل في الحديث. اهــ.

Adapun minuman yang tercampur sedikit cairan memabukkan dalam kadar yang rendah maka tidak akan berpengaruh, hukumnya halal dan tidak masuk dalam pengertian hadits (di atas).

3. Semua Bir(?) di Saudi Arabia Halal

البيرة الموجودة في أسواقنا كلها حلال لأنها مفحوصة من قبل المسئولين والأصل في كل مطعوم ومشروب وملبوس الأصل فيه الحل حتى يقوم الدليل على أنه حرام

Bir(?) yang tersedia di pasar-pasar kita semuanya halal. Karena sudah melewati pemeriksaan para penanggung-jawab. Dan hukum asal semua makanan dan minuman bahkan pakaian adalah halal, sampai ada dalil yang mengharamkannya.

Oleh : Ahmad Sarwat

Pekerjaan Apa Yang Paling Enak? Ini Jawabannya

Kerja Apa Yang Paling Enak?

Hoby, Dibayar Gede!!

Waktu masih sekolah atau kuliah dulu, kebanyakan kita masih belum terpikir untuk pilih-pilih pekerjaan. Pokoknya lulus bisa kerja, cari nafkah, dapat gaji tiap bulan, bisa kasih nafkah anak istri. Begitu dapat kerjaan, langsung kawin.



Tapi seiring dengan berjalannya waktu, pindah kerja sudah beberapa kali terjadi, mulai muncul pikiran lain untuk memilih kerja apa yang enak.

Setelah dipertimbangkan ulang, ternyata kerja yang paling enak itu kerja yang merupakan hobi dan kesenangan kita.

Misalnya, hobinya olahraga sepak bola. Kebetulan kok dapat job main bola, atau jadi pelatih bola, tentu enak banget. Sekalian menyalurkan hobi, sekalian juga dapat pemasukan.

Hobinya ngajar, eh kok dapat kerja jadi dosen atau guru, ya kan enak. Sekalian menyalurkan hoby dan sekaligus juga dapat penghidupan.

Hobynya menulis, lha kok diterbitkan dan dapat honor, ya surprais banget lah.

Hobynya makan, eh ditawarin jadi host acara kuliner di TV jalan-jalan seluruh Indonesia dan luar negeri. Ya, kebetulan banget.

Hobunya nyanyi, eh diminta nyanyi live, rekaman dan meledak, dapat honor gede dengan bonus plus-plus-plus.

Tapi yang lebih enak lagi, sudah pekerjaan jadi hobi, terus dibayar, eh ternyata bayarannya besar pula. Sementara kerjaannya sederhana dan ringan. Tidak perlu tiap hari capek-capek menjalani ritual P-11 (Pergi Pagi Pulang Petang Pinggul Pada Pegal-Pegal Pendapat Pas-Pasan), cukup kerja 1 atau 2 jam saja sehari, bahkan bisa dikerjakan di rumah (remote, online dst).

Tetapi penghasilannya 10 kali lipat lebih besar. Ini namanya nikmat Tuhan yang mana lagi yang kamu dustakan.

Andaikan Ada Sekolah Khusus Imam Masjid dan Berikatan Dinas PNS

Masjid itu bukan hanya bangunan, tetapi tempat pembinaan umat. Yang membina tentu saja imamnya. Sayangnya kualitas para imam masjid ini memang masih banyak yang perlu dieveluasi.

Kalau mau punya kualitas imam masjid yang ideal,tidak bisa hanya dengan mencari. Tetapi yang harus dilakukan adalah membina, mengkader dan mulai dengan bibit unggul.


Mungkin perlu dibuka jenjang pendidikan yang serius mengkader para calon imam masjid Misalnya kita beri nama : Sekolah Tinggi Imam Masjid (STIM). Jenjangnya harus strata 1 alias S-1 di bidang perimaman masjid, program ikatan dinas, otomatis jadi PNS.

Perlunya ikatan dinas ini biar jangan sampai mubazzir. Sudah menghabiskan duit beasiswa, kok malah pada pindah kerjaan jadi sales, tukang kredit, jualan herbal, ngobyek jadi motivator, bawa jamaah haji umroh dan pekerjaan di luar pendidikannya. Jadi harus ikatan dinas dan PNS.

Tentu harus beasiswa full. Syarat diterima sebagai mahasiswa harus :

1. Sudah hafal 30 juz
2. Tajwid dan tilawahnya sudah sempurna
3. Bahasa Arab lancar lisan tulisan
4. Bersedia ditempatkan di mana saja di seluruh nusantara hingga pensiun.

KURIKULUM :

1. Semua menggunakan kitab turats asli.
2. Mata kuliah meliputi Ilmu Al-Quran, Qiraat sab'ah, Rasam Utsmani, IlmuTafsir, Hadits, Fiqih, Ushul Fiqih, dst
3. Dosennya profesor dan doktor dalam luar negeri.

Sayangnya ini masih dalam impian. Apalagi terkait dengan ikatan dinas jadi PNS itu tidak mudah.

Buat para calon pejabat yang pada sibuk kampenye minta suara umat Islam, apa bisa Anda menjamin berdirinya STIM ini?

Oh iya, ngomong-ngomong jumlah masjid di Indonesia 800 ribu lho.

Oleh : Ahmad Sarwat

Senin, 02 April 2018

Larangan Bercadar dan Bersarung Saat Kuliah

Seorang mahasiswi pernah bertanya kepada saya, kenapa di kampus kita tidak ada yang memakai cadar pak? ya memang aturannya seperti itu. Seperti halnya kenapa yang laki-laki kalau kuliah gak ada yang bersarung? ya memang aturannya seperti itu. Jawab saya kepada mahasiswi yang disusul dengan pertanyaan " berarti kampus telah merampas haknya mahasiswa dalam mengekspresikan kebebasan beragama pak?" jelas. Kampus banyak merampas kebebasan siapa pun yang masuk di dalamnya dan menjadi bagian dari kampus. Misalnya dalam menata jadwal kuliah, gak ada kampus yang menghubungi mahasiswa trus bertanya apakah anda bisa kuliah dihari ini jam sekian sampai sekian?. Lantas, solusinya bagaimana pak? tanya mahasiswi. Ikuti aturan main kampus atau keluar cari kampus yang sesuai keinginan kita.



Apakah istri bapak bercadar? tanya mahasiswa yang lain. Tidak, dan tidak akan saya izinkan bercadar. Karena dalam hal ini, saya dengan sadar dan penuh pertimbangan memilih pendapat sebagian ulama' Malikiyah yang menganggap bercadar adalah berlebihan sehingga makruh. Tetapi tentu saya tetap menghargai mereka yang mewajibkan atau menyunnahkan bercadar. Pantang bagi saya menghujat mereka yang bersemangat untuk beragama sesempurna mungkin (menurut keyakinannya) itu. Tapi silakan saja kalau ada yang mau mencemooh keputusan saya yang melarang istri saya bercadar, bila itu memang mendatangkan kepuasan.

Jika hari ini UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta melarang mahasiswi bercadar, maka silakan diikuti, atau pindah ke kampus lain bila lobi baik-baik untuk mengubah keputusan pihak kampus sudah gagal. Bukan hal bijak  membesar-besarkan ikhtilaf fiqhiyah untuk membangkitkan sentimen negatif. Kampus melakukan hal tersebut tentu sudah melalui berbagai kajian dan prosedur, dalam policy making azas maslahah 'ammah pasti dikaji dengan teliti.

Betapa banyak aturan kampus yang menyebalkan dan merenggut hak-hak personal. Mulai dari jadwal kuliah yang tak pernah nanya persetujuan mahasiswa hingga aturan ribet seperti larangan pakai jeans, kaos oblong, rambut panjang bagi laki-laki dan lainnya. Tambah lagi aturan yang menyakitkan santri NU adalah ketika kampus melarang sarungan. Padahal sarung itu pakaian keseharian santri NU sekaligus identitas ke-NU-an saya.  Tapi ya bagaimana lagi? Kalau saya ingin di kampus itu ya saya ikuti saja. 

Hal yang sama saya alami ketika naik bis atau kereta ke luar kota. Sopir dan masinis tampaknya tak mau tahu kalau saya seorang muslim yang harus shalat tepat waktu. Tak ada satupun yang berhenti di masjid ketika panggilan shalat dikumandangkan.  Apakah saya harus mengajukan somasi pada perusahaan jasa angkutan? Hanya orang gila yang melakukan itu. Kalau saya sama sekali tak mau kompromi dengan mereka, maka saya punya pilihan untuk cari kendaraan lain yang bisa berhenti kapanpun saya merasa wajib berhenti. Karena semua merupakan pilihan, dan setiap pilihan punya konsekwensi sendiri.

Jadi, bagi para pemakai cadar yang gak mau diatur oleh kampus yang melarang mahasiswinya bercadar, silahkan keluar dan cari kampus yang membolehkan memakai cadar, atau anda tunduk pada aturan dengan melepas cadar anda sebagai pilihan terhadap kebijakan yang dibuat (policy making) berdasar maslahah 'ammah (kebaikan universal).

Akidah Tri Tauhid Tidak Berdasarkan Al-Qur'an dan Hadist?

Pada awalnya Tri Tauhid itu adalah karya buah pikiran  Ibn Taimiyah, kemudian diadopsi oleh Muhammad bin Abdul Wahhab Annajd, Lalu dijadikan alat propaganda dan agitasi oleh keluarga Suud untuk memberontak kepada Usmaniyah Turki. Hingga akhirnya berdiri kerajaan Saudi Arabia.
Di zaman Now ,oleh  kerajaan monarki klan Suud , ajaran Wahabi yang  beraqidah  Tri Tauhid ini , di ekspor ke mancanegara dengan kekuatan petro Dollar nya, tentunya.

Dan menjadi pegangan Aqidah kaum Radikal dan Teroris di penjuru dunia. Seperti : Al Qaeda, ISIS, Boko Haram, Jabhah Nusroh, dsb. Aqidah Tri Tauhid adalah sebesar besarnya Bid'ah. Tidak ada Bid'ah yang paling Bid'ah kecuali Bid'ah aqidah yang membagi Tauhid menjadi tiga.

Kalau seandainya Tri Tauhid Itu baik, tentu para Sahabat sudah lebih dahulu mengerjakannya. Gagasan Ibnu Taimiyah dengan Tri Tauhidnya  ini, hanya berdampak memecah belah umat Islam, serta menimbulkan Fitnatan Lil 'Alamiin. Di mana Aqidah ini dijunjung , maka disitulah kegaduhan dan perpecahan umat Islam akan di mulai.

Membagi Tauhid menjadi tiga tidak ada  dalil Nas Al Qur'an dan hadits. Jadi , Nabi Shollallohu Alaih Wa Salam tidaklah berkeyakinan demikian. Dan klaim sepihak bahwa Nabi pun berpaham Wahabi adalah kebohongan publik.

Hingga kini, orang yang terkontaminasi virus Aqidah Salafi bin Wahabi itu,  karakter dan identitasnya mudah ditebak, karena ia dicetak selalu menganggap dirinya paling benar ,paling Nyunah , padahal ia sudah keluar dari mayoritas umat Islam yang Aswadul'Adzom (mayoritas umat Islam yang selamat), yang beraqidah Ahlus Sunnah Wal Jama'ah.

hanyalah orang yang tersesat dan menyesatkan , ia mengkaji dan mengamalkan ajaran  tersebut.
Dan bagi yang sudah terlanjur tertipu dengan keyakinan tersebut, saran Kami:" Amalkan Sunnah tinggalkan Wahabi, serta kembalilah bersatu dalam mayoritas umat islam".

Allohu Musta'an .

Minggu, 25 Februari 2018

Yuk, Menganalisa Gerakan Salafi Modern


✍ Oleh: MA.

SETELAH kami membaca & mengkaji semua literatur yang ada mengenai gerakan “Salafi” modern, kami menyimpulkan bahwa harus dibedakan dulu antara Salafi sebagai sebuah manhaj dakwah (kaum revivalis) dengan Salafi modern sebagai sebuah Sekte (aliran sempalan) yang merupakan bagian dari agenda politik internasional.

Begini, Salafi sebagai sebuah manhaj dakwah ialah mereka yang melakukan gerakan kembali kepada pemurnian serta anti kemusyrikan, kekufuran, dan tahayyul. gerakan keagamaan yang menggaungkan dakwah Tauhid dan Sunnah serta menjadikan Syariah Islamiyyah sebagai sistem kehidupan. tokohnya yaitu AL-IMAM IBNU TAIMIYYAH kemudian diteruskan oleh Ulama revolusioner ber-mazhab Hanbali di jazirah arab bernama SYAIKH MUHAMMAD BIN ABDUL WAHHAB AT-TAMIMI (sebagaimana yang dikatakan Al-Habib Sayyid Muhammad Bin Alawi Al-Maliki Rahimahullah dalam kitabnya Mafahim Tajid An-Tushohhah).

Di indonesia, gerakan ini sudah muncul di zaman Tuanku Imam Bonjol, yang kita kenal dengan sebutan Kaum Paderi. Lalu selanjutnya dipelopori oleh ormas Muhammadiyyah-nya KH.Ahmad Dahlan, PERSIS-nya A.Hassan, dan Al-Irsyad nya Syaikh Ahmad Surkati. lalu dikemudian hari dianjutkan misi itu diantaranya oleh Buya Muhammad Natsir dan Buya Hamka. tak berbeda dengan NU, jika NU mendakwahkan manhaj ahlus sunnah wal jama’ah secara kultural (Syafi’iyyah sebagai mazhab fiqihnya), maka gerakan salafiyyah mendakwahkan manhaj Ahlus Sunnah Wal Jama’ah secara revival (Tauhid, Sunnah, dan Jihad sebagai kajian utamanya).

Adapun ‘Salafi’ modern dalam artian sekte (aliran sempalan), maka benar bahwa ia merupakan gerakan politik murni. sekte ‘Salafi’ modern yang kini mendominasi negeri-negeri kaum muslimin (termasuk indonesia) sejatinya ialah implementasi dari mazhab murji-ah gaya baru yang dikemas dengan doktrin “kembali kepada al-qur’an & as-sunnah”. singkat kata, GERAKAN SALAFI MODERN ADALAH CIPTAAN BARAT YANG KEMUDIAN DIPELIHARA OLEH REZIM-REZIM PENGUASA ANTI ISLAM SEBAGAI LAWAN IKHWANUL MUSLIMIN (IM). ia sengaja diciptakan dan dipelihara oleh intelijen guna melawan militansi gerakan Ikhwanul Muslimin (IM) disemua negeri-negeri muslim -termasuk indonesia- dalam rangka menjaga eksistensi negara-negara sekuler dengan menjadikan DE-RADIKALISASI sebagai isu utamannya.

Topik utama yang menjadi titik penting untuk dilemahkan oleh gerakan ‘Salafi’ modern ini adalah: AL-WALA’ WAL BARO ’, AMAR MA’RUF NAHI MUNKAR, DAN JIHAD FII SABIILILLAH. tokoh ulama yang menjadi rujukan utama mereka diantaranya adalah ALI HASAN AL-HALABI dari Urdun/Yordan yang diangkat sebagai staf BNPT di Republik ini, sedangkan da’i-da’i Rodja sebagai fasilitatornya. Kendati di majelis ulama dan dewan fatwa kerajaan Saudi Arabia telah mengeluarkan FATWA RESMI bahwa Ali Hasan Al-Halabi adalah pembawa PEMIKIRAN SESAT MURJI-AH.

Diakar rumput, mereka berhasil menciptakan konflik keagamaan dengan politik belah bambu; angkat yang satu dan injak yang lain. Diantaranya vonis bid’ah dan sesat kepada semua elemen muslim yang tidak sejalan dengan pemahamannya. memvonis kalangan lain yang mengkritik pemerintah dengan sebutan “hizbiyyah”, “khawarij”, “anjing neraka”, dan lain sebagainya, menyebut persatuan ummat dengan sebutan buruk yang amat menyakitkan: “PERSATUAN KEBUN BINATANG”. dsb.

Ustad Farid Nu’man Hasan menyebut mereka “Sholafy” (صلفي) yang artinya tukang bual/tukang kibul. Ustad Harman Tajang,Lc.M.Hi menyebut mereka “Talafi” (تلفي) yang artinya kaum perusak. para alumni 212 menyebut mereka “bonglaf” yang artinya “kecebong nyalaf”. Disebut dengan julukan-julukan demikian mereka tak terima, mereka kejang-kejang bagaikan kepiting rebus. tetapi lisan mereka begitu gampang menjelek-jelekkan orang lain diluar kelompoknya, menghina, dan memberi gelaran-gelaran keji kepada sesama muslim. wajarlah jika pada akhirnya pondok pesantren mereka di aceh mau dibakar massa, kampus milik mereka di surabaya di kepung massa dan mau diruntuhkan, pengajian mereka di berbagai tempat di bubarkan warga, yang terakhir masjid milik mereka di bekukan izin pembangunannya oleh pemda setempat. apakah semua itu karena kegigihan mereka mendakwahkan KEBENARAN ? bukan.. tapi karena jeleknya akhlaq dan adab mereka baik dalam dakwah maupun muamalah kepada ummat islam lainnya ditengah masyarakat. demikianlah faktanya dan semoga bisa jadi pelajaran..

Allahu A’lam.

Rabu, 07 Februari 2018

Sudah Diduga, Mudzakarah MUI Kota Bogor Selesai Tanpa Kehadiran Ust. Yazid Jawaz



Salah satu ustadz salafi wahabi yang sedang populer, Ust. Jazid bin Abdul Qodir Jawaz sebelumnya telah diundang dalam acara mudzkaroh (diskusi) di ruang rapat Majelis Ulama Indonesia (MUI) Bogor, Jl. Padjajaran 10, Bogor, Jawa Barat pada Rabu, 07 Februari 2018 (12 Jumadil Ula 1439 H). Hal ini terkait tulisan beliau dalam bukunya "Mulia Dengan Manhaj Salaf" telah menuduh sesat ulama ahlussunnah wal jama'ah yang mengikuti Imam Asy'ari (disebut Asy'ariyah) dan Imam Maturidi (disebut Maturidiyah). Padahal, kedua akidah tersebut dianut oleh mayoritas umat islam diseluruh dunia sebagai representasi akidah ahlussunnah wal jama'ah. 

Namun, acara yang sedianya dilaksanakan Rabu siang ini, dimulai pukul 13.00 WIB, ternyata tidak ditanggapi dengan baik oleh sang ustadz yang terkenal sebagai ustadz sunnah oleh para pengikutnya. Padahal mudzakaroh ini tidak lain hanya untuk tabayyun alias mengklarifikasi terkait tulisan-tulisan dan ceramah-caramah Ust. Jazid Jawas yang dianggap provokatif dan menyerang kelompok tertentu dengan tuduhan bid'ah dan sesat. Seandainya Ust. Jazid Jawas dapat hadir, tentu tuduhan-tuduhan bid'ah dan sesat tersebut bisa didiskusikan bersama. Sehingga menghasilkan pemikiran yang jernih atas khilafiyah yang berkembang di masyarakat tanda embel-embel tuduhan bid'ah dan sesat. 


Hari ini, ramai beredar di media sosial, kabar yang menjelaskan perihal undangan mudzakaroh MUI Kota Bogor kepada Ust. Yazid Jawaz. Bahkan undangan mudzakaroh tersebut langsung ditandatangi oleh Ketua MUI Kota Bogor. Bagi kelompok yang selama ini dituduh berbuat bid'ah dan sesat oleh Ust. Yazid Jawas, tentu ini momen yang tepat untuk berdiskusi. Andai Ust. Yazid terbukti telah salah memahami amalan kelompok yang beliau tuduh, tentu beliau dituntut untuk meminta maaf kepada umat yang terlanjur sakit hati. 


Tapi sudah diduga, banyak netizen yang mengatakan Ust. Yazid tidak akan hadir dengan alasan "jangan berdebat dengan ahli bid'ah", sesuai dengan ceramah beliau yang beredar di Youtube. Sikap seperti inilah yang pernah disayangkan oleh Ust. Abdul Shomad. Beliau pernah menyampaikan dalam salah satu ceramahnya, Ust. Musthafa Umar sebagai perwakilan MUI Prov. Riau pernah mengundang baik-baik para ustadz salafi wahabi agar bisa diajak berdiskusi, dan jangan hanya murid-murid ustadz salafi wahabi saja yang pandai berkoar-koar di dunia maya. Nyatanya, para ustadz salafi wahabi tidak berani datang. 

Wallahu'Alam Bisshowab, semoga Allah senantiasa memberikan kita petunjuk untuk mencari kebenaran. Amin...   

  





Minggu, 04 Februari 2018

Lebih Baik Ngontrak Rumah Sederhana Daripada Tinggal Bersama Mertua

Aku adalah pria yang kuat, tampan dan mapan menurut penilaian banyak orang. Aku adalah pria yang sopan, yang baik hati menurut mereka. Tapi mungkin mereka tidak pernah tahu, ketika seorang diri, aku adalah pria yang bodoh, cengeng dan rapuh. Pria yang hidup penuh kesalahan dan rasa penyesalan.

Tangisan Istri
Aku mencintai istriku dan juga mencintai anakku. Istriku ku Ami adalah wanita yang baik dan tidak berlebihan menurutku.

Kami tidak pernah ribut, hanya masalah-masalah sepele, seperti aku meletakkan baju kotor sembarangan, menyerakkan rak sepatu, atau ketika sedang badmood dia diam saja aku mintai tolong namun tetap mengerjakannya, atau dia cemberut karena aku melupakan janjiku untuk mengantarnya ke supermarket.

Ahh tapi pernah beberapa tahun yang lalu ketika istriku menabung sedikit demi sedikit uangnya untuk membelikan aku hadiah ulang tahun berupa jam tangan ber merk. Aku malah marah dan tidak mau menerima jam tersebut, alasanku marah padanya adalah karena dia menitipkan uang untuk membeli jam tersebut pada temanku dan bukan nya memberikan uang tersebut langsung padaku. Apa dia tidak tau betapa malunya aku sebagai laki-laki, ketika sampai di toko jam temanku berpura-pura bertanya jam mana yang bagus diantara dua pilihan dengan budged yang diberikan oleh istriku padahal sebenarnya jam itu untukku. Waktu itu aku tidak berpikir sama sekali bahwa istriku hanya berusaha menyenangkanku, berusaha memberikan surprise untukku. Istriku tampak kecewa dengan sikapku.

****

Kehidupan rumah tangga kami, bukanlah pasangan muda yang banyak mendapat harta warisan dari orangtua. Kami merintis dari nol. Bahkan masih hidup bersama kedua orangtuaku. Namun Alhamdullilah selalu meningkat lebih baik hingga akhirnya aku bisa bekerja di perusahaan yang bagus.

Dan aku selalu mengira rumah tangga kami baik-baik saja selama 7 tahun pernikahan kami. Walaupun ada beberapa kali Ami merengek minta dibuatkan rumah, karena sekali-kali ada terjadi cekcok antara Ami dengan ibu atau adik-adikku. Tapi aku tidak pernah sungguh-sungguh memikirkan nya. Bagiku untuk apalah rumah, belum terlalu penting.

Aku adalah anak ketiga dari lima bersaudara dan anak laki-laki satu-satunya. Kakak pertama ku tinggal diluar kota ikut suaminya dan sangat jarang pulang. Adikku yang pertama tinggal sekitar 10km dari rumahku, sudah memiliki dua anak dan lumayan sering tidur dirumah karena suaminya bekerja diluar kota. Adikku yang kedua kuliah di luar kota. Dan adikku yang ke tiga masih duduk dibangku smp. Sementara istriku dia adalah yatim piatu. Dan hanya dua kakak beradik.

Bicara tentang gaji, walaupun telah bekerja di perusahaan ternama gajiku habis hanya untuk membayar hutang di bank, cicilan mobil, membantu sekolah adikku, dan memberi ibuku perbulan, sebagai janjiku karena aku berhasil masuk ke perusahaan tempatku bekerja karena jasa orangtua. Sementara istriku yang menjalankan usaha menjahit, hasilnya hanya cukup untuk biaya makan kami sekeluarga bersama orangtua, biaya internet, listrik, arisan dan lainnya.

Istriku tidak pernah marah karena aku tidak mampu memberikan sebagian uang gajiku kepadanya seperti aku memberikan rutin kepada ibuku.

Tahun terus berlalu, lagi-lagi aku berpikir kehidupan rumah tanggaku tampak berjalan seperti biasanya dan baik-baik saja. Meski mungkin itu menurutku saja karena aku sibuk bekerja dan jarang dirumah. Pernah beberapa kali ketika malam hari sebelum tidur, istriku mengampiriku, bercerita dengan suara pelan sambil meneteskan air mata, mengeluhkan ibuku, ayahku atau adikku. Aku hanya mengusap kepalanya. Meminta untuk bersabar. Meski saat itu sebenarnya aku tidak pernah benar-benar mendengarkan nya, aku berpikir.. ahh biasa bukan masalah besar.

Pernah juga ketika istriku tidak dirumah justru ibukulah yang mengeluhkan ini itu segala macam sifat istriku. Dan memintaku untuk menasehatinya. Aku hanya menjawab ya bu. Akan kukasih tau nanti.

Jadi ketika ada kesempatan untuk bicara, kukatakan pada istriku supaya dia bisa bersikap lebih baik pada orangtua atau adik-adikku. Lalu istriku mulai bercerita dan kembali menangis. Ayah gak di rumah, ayah gak tau gimana ibu, ayah gak tau gimana adik ayah, umi udah gak sanggup yah, umi pengen punya rumah sendiri. Aku hanya mengusap kepalanya. Meminta untuk bersabar.

Jika ku telaah baik-baik aku pun tau istriku berkata apa adanya semua tentang orangtua bahkan adikku. Bagaimana tidak, adikku yang sudah berkeluarga saja sering tidur dan makan dirumah bersama anak-anak bahkan suaminya. Kadang jika akan pulang ke rumahnya dia membawa beras atau yang lainnya juga dari rumah kami. Tentu saja dia memintanya pada ibuku bukan istriku. Padahal bisa dikatakan istriku saja berjuang dengan sangat hemat untuk mencukupi semua kebutuhan kami.

Dan sepertinya istri ku cukup lelah, baik itu secara psikis maupun financial. Uang yang kami punya hanya habis berputar-putar disitu saja. Kami bahkan tidak memiliki tabungan. Belum memiliki rumah. Hanya sebuah mobil yang masih kredit dan ruko kecil tempat istriku membuka usaha. Tapi aku bahkan belum bisa berbuat apapun untuknya.

***

Hingga akhirnya hal buruk itu benar-benar dimulai. Suatu hari, ibuku membuka pembicaraan tentang uang perbulan yang selalu aku berikan. Ibuku bilang “tolong bilang ke istrimu jangan di bahas-bahas lagi tentang uang itu. Karena sekarang ini gak ada lagi orang tua lain yang bisa bantu anaknya masuk kerja ke perusahaan sebagus itu. Kamu itu beruntung ”Bu, Ami gak pernah bilang apa-apa ke Yoga. “kamu mau kasih berapapun gak akan bisa balas apa yang udah orangtua berikan.” Dia gak pernah marah atau iri kok bu. Tapi ibuku trus saja mengucapkan kata-kata lain nya. Istriku yang sedang menyiapkan baju untukku dikamar akhirnya keluar karena mendengar ribut-ribut dan menanyakan ada apa. Ku jelaskan yang disebut ibu pada istriku, semeentara ibu masih terus saja bicara, hingga akhirnya istriku menjawab kalo ibu memang gak sayang dengan nya dan pergi masuk ke kamar meninggalkan aku dan ibu. Saat itu aku sempat berkata pada ibu kalo memang ibu gak suka lagi aku dirumah ini, maka aku akan pergi.

Menjelang siang istriku di jemput teman nya dan pergi bersama Okan keluar. Ketika pulang menjelang sore dan masuk ke kamar, istriku menemukan secarik surat di tempat tidur dari ibu yang berisi. “mulai hari ini saya tidak kenal kamu lagi, saya memang tidak pernah menyayangi kamu dan kamu bukan menantu saya lagi.” Istrikuku memfoto surat kecil itu dan mengirimkan nya padaku lewat bbm. Rasanya pasti seperti di sambar petir di siang bolong. Istriku langsung pergi lagi keluar dari rumah bersama Okan.

Mungkin wanita lain akan kembali ke rumah orangtuanya, tapi istriku mau kemana dia. Kakak nya jauh tinggal di Bandung. Disinipun ikut denganku tidak memiliki teman dekat. Aku sempat menitikkan air mata, namun karena saat itu dikantor sangat bnyak pekerjaan akhirnya masalah itu terlewat begitu saja dipikiranku hingga jam pulang.

Ketika sampai dirumah dan menemukan istriku tidak ada aku menelepon dan menanyakan dia dimana. Aku membujuknya agar mau pulang. “dan malam itu juga kami pun berkumpul, aku, istriku, ibuku, ayahku. Membicarakan titik permasalahan nya. “Ibuku yang memang pertama kali memulai masalah pun tampak nya enggan untuk mengakui.” tentu saja, karena dia pasti tidak akan mau jika harus mengaku salah di depan anak dan menantunya. Sementara itu istri dan ayahku hanya diam saja. “ibuku trus bicara blaaa-blaaa.. ini itu dan banyak yang lain nya untuk semakin memojokkan istriku.

Akhirnya aku bertanya “jadi ibu mau nya apa?” ibuku bilang, dia ingin istriku merubah sifatnya. Ibuku bilang dia tidak akan mau makan, karena ibuku tau selama ini istriku tidak rela, tidak ikhlas. Aku bilang pada ibu, kalau ibu tidak mau makan itu bearti ibu tidak menghargai hasil jerih payahku. Lebih baik aku gak usah tinggal dirumah ini lagi. Ibuku kembali bilang, “bahwa dia gak makan karena istriku tidak rela. Ibuku juga bilang, seharusnya istriku bisa bersikap lebih baik ke adik-adikku. Dan jangan dibahas lagi masalah uang yang aku berikan karena ibuku malu jika orang lain tau. Dan kalau sampai aku pergi meninggalkan rumah ini, ibuku bilang dia tidak akan mau menginjakkan kakinya dirumahku sebagus atau semewah apapun rumahku.

Saat itulah aku melihat istriku meneteskan airmatanya, airmata itu trus saja mengalir tak tertahan lagi olehnya. Meski berusaha menangis tanpa suara, tampak sekali bahwa ia merasa sedih, terpukul, kecewa, tersiksa bercampur menjadi satu. “ayahku yang sedari tadi diam saja, akhirnya buka suara dan bilang kalau dia akan sangat malu jika aku sampai pergi meninggalkan rumah ini.” Aku bilang semua keputusan ada ditangan ibu. Ibu bilang jangan pergi.


***

Aku pikir masalah malam itu pastilah akan terlupakan. Setahun lebih hampir berlalu dan semua akan kembali baik-baik saja. Tapi ternyata aku salah. Istriku berubah menjadi lebih pendiam, dia lebih sering hanya tiduran dikamar, atau main dengan anak kami, dia jarang sekali tertawa, bercanda seperti dulu. Karena dia sangat pendiam, aku menyangka dia memang begitu sebagai upaya untuk berusaha menjadi lebih baik.

Istriku tidak pernah lagi merengek minta dibuatkan rumah, tidak pernah minta di antar ke supermarket, arisan, atau mengajak keluar saat weekend. Bahkan jika aku ajak pergi ke kondangan ataupun keluar istriku menjawab, “ayah saja ya umi capek, ayah saja ya umi ngantuk, ayah saja ya umi masih ada kerjaan.” Dan aku pikir memang begitu keadaannnya.

Aku bahkan tidak menyadari jika istriku menjadi lebih kurus, matanya sering sembab karena berusaha menyembunyikan kesedihannya dariku. Suatu hari bahkan anakku Okan pernah berkata, kita kalau mau makan selalu bilang “makan umi, makan oma, makan opa, makan aunty, tapi kok Okan gak pernah denger umi bilang gitu ya yah. Aku tersentak dan tersenyum, umi kan sekarang gak mau bicara kuat-kuat sayang mungkin waktu umi makan lagi gak ada siapa-siapa. Sahutku. Okan pun tersenyum, mengangguk. Tapi aku jadi terpikir dengan kata-kata anakku, selesai makan akupun langsung masuk ke kamar menghampiri istriku yang memang lagi tidak enak badan menanyakan apa ia sudah makan? Mau dibelikan apa? Istriku hanya tersenyum dan menggeleng tidak mau apa-apa katanya. Dia sudah kenyang.

***

Bulan berlalu, kota kami dituruni hujan yang sangat lebat, memang sedang musim hujan sih sebenernya. Tapi hari ini betul-betul lebat bahkan beberapa pohon tua di area perkantoranku sampai tumbang. Aku berusaha menelepon istriku namun tidak di angkat. Akhirnya aku menelpon ke ruko dan menanyakan ke karyawan apakah istriku ada disana, “ada pak, tapi ibu didalam baru datang setengah jam yang lalu sambil basah kuyup pak.” Oh ya sudah kalu gitu. “ada pesan pak?” paling nanti saya mau jemput ibu. Gak perlu dibilang ya mbak, ada surprise soalnya. “oke pak.”

Hari ini perusahanku menang tender, aku pun kelimpahan bonus yang lumayan besar jumlahnya dan pasti bisa digunakan untuk membuat rumah sederhana impian istriku. Lepas jam kantor aku pun bergegas ke ruko ingin berjumpa belahan jiwaku. “ibu masih didalam mbak? masih pak. Aku membuka pintu pelan sekali, karena ingin mengejutkannya. Istriku tampak menidurkan kepalanya di atas tangan di meja. “DAAAAAA.. sahutku memegang pundak istriku, yang ternyata pakaian nya masih basah karena kehujanan tadi. Ya ampun pikirku, hujan sudah berhenti hampir 2 jam yang lalu. Umiii, panggilku sambil membalikkan tubuhnya. Saat itulah aku menyadari sesuatu yang sangat buruk telah terjadi. Wajah istriku sangat pucat dan biru. Tangannnya sangat dingin seperti es. Umiiii jeritku membopongnya membawa ke luar ruangan. Karyawan yang ada diluar pun kaget melihatku. Aku langsung meminta salah satu karyawan menyupir mobil sementara aku menggendong dan berusaha menyadarkan istriku.

Aku tak henti-hentinya menangis, segala pikiran dan bayangan buruk merasuk kedalam pikiranku. Air mataku jatuh tak terhankan membasahi wajah istriku. Aku memeluknya erat, erat sekali. Pejalanan ke rumah sakit ntah kenapa terasa begitu lama. Aku tak tahan lagi. Aku ingin agar istriku segera sadar, aku ingin dia tau kabar gembira yang kubawa, aku ingin dia tau betapa aku mencintainya. Aku ingin dia bahagia. Aku ingin dia tersenyum. Aku tidak indin dia bersedih atau pun menangis lagi. Aku ingin melihat senyumnya yang dulu, ketawanya yang dulu, candaan nya yang dulu. Yang hilang tanpa pernah aku sadari. Umi maafkan ayah mi. Maafkan ayah. Maafkan ayah. Maaafkan ayah umi.. maafkannnnn...

Selama dua jam Aku menunggu dokter menangani istriku. Kenapa lama sekali mbak? tanyaku pada perawat yang keluar dari ruangan. “sabar pak” jawabnya. Ya Allah ya tuhan, aku mohon selamatkan dia Ya Allah. Dialah bidadariku Ya Allah. Aku sangat mencintainya. Bagaimana mungkin aku dan anakku hidup tanpa nya. Tanpa kasih sayang nya. Aku merasa sangat sedih sekali. Belum pernah aku merasa sesedih ini. Tapi bagi istriku mungkin selama ini, seperti inilah hidup yang ia jalani. Namun aku tak pernah mengerti dan merasakannya. Aku tak pernah akan tau betapa ia menderita jika peristiwa ini tidak terjadi. Ya Allah maafkan aku, aku mohon beri aku kesempatan....

***

Maafkan kami pak, nyawa istri bapak tidak tertolong. Istri bapak terserang hipotermia. Sahut dokter dengan wajah sedih. Seketika tubuhku lunglai dan menjadi dingin seperti es. Airmataku jatuh tak tertahankan. Bagaimana mungkin dok? Istri saya hanya kehujanan sebentar saja. Bagaimana mungkin? “Mungkin saja pak, walaupun hanya kehujanan sebentar tapi bisa saja tubuh istri bapak sedang dalam keadaan yang tidak fit, atau perutnya kosong, apalagi istri bapak tidak segera mengganti pakaian nya yang basah setelah kehujanan.

Ya Allah, jeritku... aku tak berhenti menangis, aku tak berhenti memeluknya, tubuh istriku yang telah kaku. Aku menatap lekat wajahnya, wajah itu begitu teduh namun sayu. Amiiii, aku mencintaimu sangat mencintaimu sayang. Maafkan aku yang tak pernah mengerti. Maafkan aku yang tak pernah paham. Tapi mengapa tak engakau beri aku kesempatan? Apa engkau sudah benar-benar lelah? Apa memang sudah tak kuat lagi? Lalu bagaimana dengan aku? Apa kamu pikir aku akan kuat mejalani ini semua? Bagaimana dengan anak kita? Pikiranku kembali ke semua hal yang telah berubah pada istriku setahun belakangan ini. Seandainya saja aku menyadari bahwa semakin hari tubuhnya memang semakin kurus, seandainya saja aku menyadari kata-kata Okan malam itu padaku. Aku menyesali semuanya, semua yang telah terlambat dan tak akan terulang.

Andai waktu dapat diputar, pastilah aku tidak akan membiarkanmu tinggal lama-lama serumah dengan keluargaku. Andai waktu dapat diputar pastilah dengan sungguh-sungguh akan kubangun rumah impianmu sayangku, cintaku, bidadariku. Air mata ini, kesedihan ini, tak akan mampu menghapuskan semua salahku sayang.

*******

Untuk para suami, yang telah dianugerahi seorang istri hargailah keberadaannya, kasihi dan cintailah dia sepanjang hidupmu dengan segala kekurangan dan kelebihannya, karena apabila ia telah tiada, tidak ada suatu apapun yang dapat lebih baik seperti dirinya.

Bukanlah hal yang salah jika tinggal bersama mertua atau saudara ipar. Tapi pernahkah kamu mendengar pribahasa “yang jauh bau bunga yang dekat bau tahi.” Jadi alangkah lebih baiknya jika kau bina rumah tangga kecilmu dengan tertatih namun berujung nikmat dan bahadiah. Karena didalamnya akan kau temukan begitu banyak kejutan dan cinta.

Keluarga memang penting, ibu, ayah, kakak, adik, tapi jangan sampai karena cinta mu pada mereka engkau melupakan cinta dan tanggung jawab pada istrimu.