Rabu, 10 Januari 2018

Di Balik Jubah dan Sorban Seorang Dai Sejuta Viewer



Oleh : KH Agus Zaky Hamid Baidhowi, Lasem

Salah satu sebab Belanda bertahan lama menjajah Bangsa ini adalah karena politik adu dombanya terhadap sesama rakyat Indonesia sebagai ajian pamungkas melemahkan gerak fisik dan mental bangsa ini.

Dan jangan heran jika saat ini model adu-aduan semacam ini kembali dihidupkan oleh pihak-pihak tertentu untuk menyingkirkan dan memandulkan gerak dakwah Islam.

Termasuk bagaimana gempuran dahsyat menimpa tokoh yang "lurus" dalam manhajnya ini yang tiba-tiba bermunculan لحن القول (sindiran dan nyinyiran dalam bahasa Jalalain) dari kelompok seberang yang kental dengan pemikiran liberal yang dilakukan secara berjama'ah hanya gegara menyoal tentang 'pesek'.

Tanpa mereka sadari, bisa jadi kita sedang diperlihatkan oleh Allah Ta'ala tentang kebenaran dua ayat di dalam Surat Muhammad ayat 29-30:

أَمْ حَسِبَ ٱلَّذِينَ فِى قُلُوبِهِم مَّرَضٌ أَن لَّن يُخْرِجَ ٱللَّهُ أَضْغَٰنَهُمْ
وَلَوْ نَشَآءُ لَأَرَيْنَٰكَهُمْ فَلَعَرَفْتَهُم بِسِيمَٰهُمْ ۚ وَلَتَعْرِفَنَّهُمْ فِى لَحْنِ ٱلْقَوْلِ ۚ وَٱللَّهُ يَعْلَمُ أَعْمَٰلَكُمْ


Tak sampai di situ, upaya penggembosan dakwah juga muncul di pulau seberang sana dengan tuduhan provokatif dan asumsi bodong, mereka semena-mena mengintimidasi secara brutal tanp
ikhtiar tabayun sebelumnya. 

Upaya yang sama terus berlanjut. Laporan dan tuduhan palsu pun sampai pada telinga intelejen Hongkong saat beliau hendak bertandang dan menemui komunitas para pahlawan devisa kita untuk memberi nasehat dan pencerahan di sana.

Tapi sayangnya otoritas bandara tidak memberi alasan penolakan yang jelas dan justru melakukan hal-hal yang disinyalir cukup melecehkan. Dari kasus ini kemudian wajar jika muncul satu pertanyaan mendasar: 'sejauh mana peran negara melindungi rakyatnya?'

Apakah mereka tahu UAS sekonyong-konyong? Jawabnya pasti tidak!! Logikanya sederhana, informasi itu diperoleh dari laporan yang datang dari orang-orang kita sendiri yang kemudian diadukan kepada pihak keamanan negara tersebut.

Dari sini mulai nampak gejala adu domba antar sesama putra bangsa, yang benihnya adalah su'udzon, asumsi ngawur, hasud dan dalil hoaks. Jika ini tidak disadari, lambat-laun akan terus berlanjut dan dengan mudah di-treatment secara masif oleh pihak-pihak yang merasa terganggu dan terusik. Semoga tidak berlanjut dan cukuplah UAS sebagai pembelajaran.

Dan alhamdulillahnya setelah kejadian tidak menyenangkan di Bali dan Hongkong berlalu, kini Ustadz Abdus Shomad (UAS) mendapat manisnya ujian di tanah suci.

Meski beda suku dan kebangsaan, Sambutan hangat bak "saudara sendiri" justru diterima beliau di kediaman guru-guru kami di Mekkah al-mukarramah dan Madinah al-Munawwarah. Merangkul bukan memukul, memeluk bukan menggebuk. Adem...

Tak cukup di situ, dari kedua guru kami beliau mendapat ijazah imamah (surban) yang diperoleh dari Sayyid Ahmad bin Muhammad al-Maliki dan memperoleh hadiah jubah warna hijau tua dari putra guru kami Sayyid Umar bin Zein bin Smith Madinah.

Walhasil tanpa bermaksud mencari musuh, mengutip dawuh al-imam Muhammad abdur Rauf al-Manawi (dalam kitab "Faydhul Qadir bi Syarh al-Jami' al-Shaghir) setidaknya kita mesti hati-hati dan menghindari 4 sifat yang jauh-jauh hari sudah pernah disebutkan oleh Nabi Muhammad SAW di dalam satu haditsnya:
للمؤمن أربعة أعداء : مؤمن يحسده ، ومنافق يبغضه ، وشيطان يضله ، وكافر يقاتله . رواه الديلمي
Bagi seorang mu'min itu memiliki 4 musuh :
1. Orang mu'min yang selalu memiliki sifat Hasud kepada orang mu'min yang lainnya.
2. Orang munafik yang selalu membenci mu'min yang lainnya.
3. Para Syaithon yang senantiasa menyesatkan orang orang mu'min.
4. Dan orang kafir yang senantiasa memusuhi/Memerangi orang orang mu'min (kafir harbi). (HR.Imam Dailami)

Semoga tetap terjaga ukhuwah dan berjalan di jalur istiqomah.
Wallahu a'lam wa ahkam.


EmoticonEmoticon