Selasa, 04 Juli 2017

Ust. Abdul Shomad : Ada 9 Standar Penetapan Bid'ah Dhalalah


Ustadz Abdul Shomad, Lc., MA dalam buku beliau yang mashyur, 37 Masalah Populer menetapkan 9 standar dalam menentukan bi'dah dhalalah. Mengapa harus ditetapkan demikian? Jika tidak diberikan batasan, semua orang akan membuat-buat ibadah dan menyatakannya sebagai bid'ah hasanah, maka perlu menetapkan standar. Jika tidak maka dikhawatirkan ummat akan terjerumus ke dalam perbuatan bid'ah. Suatu perkara dapat disebut bid'ah dhalalah jika termasuk dalam beberapa poin berikut : 

Pertama, keyakinan batil yang berkaitan dengan dasar-dasar agama islam. Misalnya menyerupakan Allah dengan makhluk. Mengatakan Allah duduk bersemayam di atas 'Arsy seperti manusia duduk di atas kursi. Atau menyatakan bersatu dengan Tuhan, seperti keyakitan pantheisme atau Manunggaling Kawula Gusti. Atau menyembah Allah SWT namun menghadapkan diri beribadah kepada selain Allah. Mengatakan Al-Qur'an tidak lengkap. Mengingkari takdir. Mengkafirkan sesama muslim. Mencaci maki shahabat nabi. Menyatakan selain Nabi ma'shum. Menyatakan agama islam tidak relevan dengan zaman. Dan semua keyakinan yang dibuat-buat yang menyebabkan orang yang meyakininya disebut kafir. 

Kedua, merubah bentuk ibadah yang telah disyariatkan, seperti menambah atau mengurangi. Misalnya menambah rakaat shalat wajib. Mengurangi jumlah sujud dalam shalat. Mengganti surat Al-Fatihah dengan surat lain. Merubah lafadz adzan.  Membuat sujud sebelum ruku'.

Ketiga, merubah waktu ibadah, seperti shalat shubuh jam sembilan pagi. Atau puasa setengah hari. Atau merubah tempat ibadah, seperti thawaf dibukit keramat. Thawaf di kuburan dan sebagainya. 

Keempat, meyakini ada suatu keutamaan pada suatu ibadah yang dilakukan dengan cara khusus, tanpa ada dalil syar'i. Misalnya, berpuasa dengan menjemur diri di panas akan mendatangkan keutamaan ini dan ini. Berpuasa empat puluh hari akan mendapatkan ini dan ini. Atau shalat dengan pakaian tertentu akan mendapatkan keutamaan tertentu. Atau diam pada hari senin akan mendapatkan keutamaan khusus. 

Kelima, meyakini ada suatu keutamaan khusus pada waktu tertentu, atau tempat tertentu, atau orang tertentu, atau zikir tertentu, atau surat tertentu, tanpa ada dalil syar'i. Seperti menyatakan ada keutamaan pada malam 12 Rabi'ul-Awal. Atau keutamaan zikir yang dibuat oleh orang tertentu. 

Keenam, membuat ibadah khusus, dengan cara tertentu. dengan jumlah tertentu, dengan keutamaan tertentu. Misalnya, shalat 100 rakaat, pada maulid nabi, akan mendapatkan anu dan anu. 

Ketujuh, berkumpul melakukan suatu ibadah, pada waktu tertentu dan tempat tertentu dengan keyakinan ada balasan tertentu terhadap perbuatan tersebut. Adapun berkumpul di masjid pada malam Maulid Nabi Muhammad SAW, dengan mendengarkan bacaan Al-Qur'an, dan ceramah sejarah Nabi SAW. Atau pada malam tahun baru Hijriyah sebagai muhasabah diri adalah sangat dianjurkan untuk memanfaatkan momen tertentu dalam membahas masalah tertentu.

Kedelapan, membuat batasan tertentu dalam takaran, jarak, jumlah bilangan, waktu, yang telah ditetapkan syariat islam. Seperti berat nishab zakat, jarak Qashar shalat, jumlah bilangan kafarat, jumlah batu melontar jumrah, jumlah putaran thawaf dan sa'i. 

Kesembilan, semua perkara yang dibuat-buat tanpa ada dalil dari syariat islam, apakah dalil nash (teks), atau pemahaman terhadap nash, atau secara terperinci dalam dalil, atau dalilnya global bersifat umum, maka itu adalah bid'ah dhalalah. 

Sumber rujukan : Buku 37 Masalah Populer karya Ustadz Abdul Shomad, Lc., MA


EmoticonEmoticon