Kamis, 26 April 2018

Perlukah Kajian Masalah Khilafiyah?

Kajian masalah khilafiyah dalam fiqih perbandingan mazhab itu amat penting, mengingat kita punya banyak perbedaan pendapat. Selain juga demi untuk meredam perseteruan antar pendapat.



Salah satu daya tarik mengapa saya kuliah di LIPIA, karena jurusannya adalah perbandingan mazhab. Ditanggung kita jadi paham sekian banyak perbedaan pendapat para ulama, yang membuat kita jadi toleran dan tidak mudah menyalahkan.

Namun adakalanya fiqih ikhtilaf dan perbandingan mazhab ini kurang cocok untuk disampaikan pada jamaah tertentu. Kadang justru bikin mereka pada bingung.

Ada beberapa kemungkinan kenapa mereka jadi pada bingung, antara lain adalah :

1. TIPE SOK PINTAR

Karena mereka tipe jamaah yg terbiasa dicekoki dengan satu pendapat, yaitu pendapat gurunya. Tapi alibinya rada cheat, yaitu inilah yang paling sunnah. Yang lain salah semua.

Kelompok macam ini banyak bertumbuham di masa kini. Ilmu tidak seberapa, tapi merasa paling benar. Prinsip mereka, kebenaran itu hanya satu saja, tidak mungkin kebenaran ada banyak. Dan cuma kelompok kami saja yang pasti benar. Selain kami, tinggalkan karena dipastikan tidak bena dan tidak akan pernah jadi benar.

Itu doktrin dasarnya, dan semua pengikutnya dicekoki macam itu. Seolah inilah Islam turun langsung dari langit tujuh.

2. TIPE AWAM

Karena mereka baru belajar agama, benar-benar newbi 100%. Maka jadi bingung kalau terlalu detail uruaan perbedaan pendapat. Malah tambah puyeng karena yang prinsip saja belum tahu, kok sudah dijejali dengan hal-hal yang kurang penting.

Anak TPA atau jamaah tua-tua temasuk kelompok ini. Nggak perlu diajarkan ilmu perbandingan mazhab, cukup satu pendapat yang praktis.

Mereka tidak suka menyalahkan orang lain, toh untuk diri sendiri pun masih bingung.

3. TIPE POLOS MURNI

Mereka terdidik secara ilmu agama dengan baik. Mengaji fiqih kepada para ulama dengan setia menggunakan literatur asli dari mazhab Syafi'i.

Selama ini mereka tinggal di wilayah yang steril dari percampuran mazhab lainnya, sbgmn kondisi di beberapa daerah atau pedesaan, atau pesantren tradisional. Atau seperti di negeri Malaysia dan Brunai Darussalam, yang cenderung hanya bermazhab Syafi'i secara murni

Maka begitu tahu ada perbedaan mazhab, merka jadi pada bingung. Karena tidak sebagaimana yang mereka pelajari selama ini.

Walaupun sebenarnya perbedaan pendapat di dalam satu mazhab juga terjadi. Ada qaul qadim jadid, ada zhahir, azhar, ada nash, ada riwayat, ada ikhtiyar dsb.


EmoticonEmoticon