Rabu, 19 Juli 2017

Catatan Penting Pembubaran HTI

HTI

Ada beberapa catatan terkait pembubaran HTI -- catatan-catatan ini perlu dielaborasi lebih jauh tapi mungkin dalam kesempatan lain saja.

1. HTI bukan Ormas (organisasi kemasyarakatan), tapi lebih tepat disebut "Orpol" (organisasi politik). Keterangan ini bisa diperoleh di situs HT internasional. Membubarkan Orpol dengan aturan Ormas, tepatkah?

2. Membubarkan HTI dan menjadikannya organisasi ilegal, tidak menyelesaikan masalah, tapi menyimpan bara di kemudian hari. Kita perlu belajar dari sejarah al-Ikhwan al-Muslimun (IM) di Mesir, yang tak benar-benar mati setelah ditindas habis-habisan oleh rezim Hosni Mubarak. Para aktivis HTI dapat ber-"taqiyah" dan bergerilya. Karena "taqiyah" ini, maka gagasan Khilafah dapat berkembang lebih subur "di bawah tanah". Di sisi lain, fobia akan HTI akan muncul, seperti selama rezim Orba, orang diajari fobia atas PKI. Fobia ini sebentuk irasionalitas yang lain. Sampai kapan bangsa ini akan sembuh dari paranoianya bila pemerintah kerap "mendidik" warganya fobik atas suatu entitas tertentu? Tak akan sembuh. Satu fobia akan melahirkan fobia lain.

Tak semua kalangan mengerti benar apa itu Khilafah. Ketidakmengertian ini akan menyuburkan paranoia berkepanjangan. Selama tentu, pendidikan kritis tidak berjalan dengan baik di tengah masyarakat. Jangankan tentang Khilafah, tentang Pancasila saja tak semua elemen masyarakat memahami secara kritis. Tanpa pendidikan kritis, semua gagasan ini hanya menumpuk kekusutan -- Indonesia akan terus "dikutuk" oleh jargon-jargon ideologis, oleh perang ideologis yang makna konotatif dan denotatifnya selalu dibuat kabur.

3. Yang jauh lebih penting daripada pembubaran HTI adalah membongkar gagasan Khilafah secara kritis, mengambil intisari rasionalnya, lalu melepas cangkang HTI-nya.

Khilafah pernah ada dalam sejarah Islam. Namun, kini ia tak ada lagi digantikan oleh negara-bangsa. Walaupun begitu, inti dari gagasan Khilafah, antara lain, adalah Pan-Islamisme, gagasan dan visi tentang persatuan umat Muslim semesta melawan imperialisme. Pada titik ini, kajian yang kritis, interdisipliner, tidak dogmatis, dan terbuka tentang Khilafah dan dialektikanya dalam kesadaran umat Muslim, di tengah pergaulan global hari ini, sangat diperlukan. Namun jarang kita menemukan kajian semacam ini dilakukan baik oleh HTI maupun kalangan Islam moderat. HTI terjebak dalam mimpi buta atas Khilafah yang tidak mendarat secara historis dengan realitas negara-bangsa. Kalangan Islam moderat terjebak oleh pandangan bahwa Khilafah niscaya berkontradiksi dengan negara-bangsa dan Islam Nusantara.

Penggalian atas model-model eksperimentasi Khilafah yang alternatif, di luar konsepsi HTI yang selama ini vokal menyuarakannya, tidak pernah dilakukan. Hal ini praktis menutup imajinasi umat Muslim dewasa ini akan Pan-Islamisme, suatu pemikiran yang dapat merangsang lagi diskusi tentang peran Islam dalam kancah global untuk memerangi imperialisme dan kapitalisme yang menggurita. Karena ketiadaan konsepsi ini, di Timur Tengah praktis HT turut menjadi bagian dari krisis yang diarsiteki oleh imperialisme global. HT Timteng turut memberi amunisi bagi pihak yang bertikai di bawah ketiak imperialisme.

Sebagai tawaran Islam Progresif, penting hari-hari ini menggali lagi Pan-Islamisme, mengatasi keterbatasan-keterbatasan konsepsi Khilafah ala HTI, namun tanpa membuang gagasan "di balik" Khilafah itu sendiri, yaitu persatuan umat Muslim dalam kerangka global yang inklusif dan memiliki watak perlawanan.

4. HTI mungkin dapat dibubarkan secara formal, namun ada beberapa agenda kritis HTI terkait perlawanannya atas imperialisme dan kapitalisme yang perlu diapresiasi positif oleh gerakan sosial, termasuk gerakan sosial yang lahir dari rahim moderatisme Islam Aswaja.

Anda boleh tidak suka dengan HTI, namun Anda harus salut dengan kegigihan mereka mencari sistem alternatif di luar kapitalisme, meski -- celakanya -- solusinya ujung-ujungnya Khilafah, bukan perluasan demokrasi yang berkolaborasi dengan agenda-agenda keagamaan progresif. Kegigihan ini, etika militansi yang berharga, yang terlalu sayang kalau dibuang begitu saja.


EmoticonEmoticon